Kemajuan teknologi yang semakin mempermudah kehidupan manusia membuat para kaum muda memanfaatkan internet untuk memenuhi berbagai kebutuhan. Mulai dari memenuhi kebutuhan sehari-hari, bersosialisasi, hingga mencari informasi dan hiburan.
Pemakaian internet di era globalisasi sulit dibatasi. Kemanapun tujuan yang dipilih, layanan untuk penggunaan internet pasti tersedia. Akan tetapi, disamping kemudahan yang diperoleh terdapat pula ancaman yang ada didalamnya.
Terorisme merupakan isu yang dimanfaatkan untuk meningkatkan rating sebuah berita yang diunggah media terkhusus internet. Sedangkan terorisme memanfaatkan media komunikasi untuk menyampaikan tujuan-tujuannya berupa menyebarkan rasa takut kepada masyarakat luas.
Sehingga dapat dikatakan bahwa terorisme dan media sebenarnya merupakan contoh simbiosis mutualisme atau interaksi yang saling menguntungkan antara kedua pihak.
Belum lagi metode perekrutan yang dilakukan kelompok-kelompok terorisme sekarang lebih mengandalkan media sosial. Sasaran yang diinginkan tentunya para kaum muda terlebih yang aktif di dunia maya.
Kelompok terorisme menyadari betul bahwa perekrutan anggota melalui dunia maya yaitu media sosial lebih efektif jika dibandingkan dengan bertemu langsung atau face to face.
Telah terjadi transformasi yang semula menggunakan media konvensional menjadi media elektronik seperti internet. Kelompok ini berusaha menyesuaikan kemampuan diri dengan perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang ada.
Pergerakan yang dilakukan melalui media sosial sulit untuk diketahui. Hal inilah yang menjadi alasan bagi kelompok terorisme. Mengingat kembali apa yang telah terjadi di Kartasura kemarin.
Dari pernyataan Kapolri Jenderal Tito Karnavian bahwa pelaku bom bunuh diri di Kartasura belajar cara merakit bahan peledak secara otodidak. Hal tersebut tidak lain dilakukan di rumahnya sendiri.
Pada saat penggeledahan ditemukan bahan pembuatan bom dan alat untuk pembuatan bom. Rofik diduga belajar melalui internet dengan telepon genggam pribadi. Selain itu ia juga mempelajari soal paham-paham terorisme melalui internet.
Di internet tentu sangat mudah ditemui bahan apa saja yang perlu dipersiapkan hingga bagaimana cara merakit bahan peledak. Tujuannya untuk mengedukasi masyarakat dan bukan untuk disalahgunakan.
Pelaku bom bunuh diri di Kartasura masih terbilang muda, yaitu baru berusia 22 tahun. Sehingga generansi ini dikenal sangat akrab dengan penggunaan internet.
Berdasarkan kesimpulan yang dilontarkan kepolisian, Rofik selaku pelaku pengeboman merupakan lone wolf atau bergerak sendiri tanpa ada kaitannya dengan kelompok lain.
Kepribadian diri yang tertutup dan hanya berinteraksi dengan gadget merupakan ciri umum yang dialami oleh kaum muda zaman kini. Mereka lebih merasa nyaman dengan gadget di tangannya daripada berinteraksi dengan orang sekitar walaupun hanya sekedar bertegur sapa.
Terbukti pada saat perayaan lebaran yang identik dengan bersilaturahmi dengan sanak keluarga. Fenomena yang muncul semestinya memanfaatkan momen lebaran dengan saling komunikasi bertukar informasi. Justru yang terjadi adalah terkhusus golongan muda lebih asik dengan gadget mereka masing-masing.
Tidak bisa dipungkiri kemajuan teknologi internet malah memberi jarak kepada sanak keluarga yang berada dalam satu ruangan. Padahal momen lebaran dimanfaatkan untuk menjalin silaturahmi disamping banyaknya kesibukan yang dijalani.
Timbul pertanyaan bagaimana cara membatasi penggunaan gadget bagi kaum muda. Kebebasan informasi yang disaji melalui internet membutuhkan filter berupa kemampuan diri untuk menerima dan menolak informasi yang ada.
Sementara yang dialami kaum muda masih menyerap semua informasi yang diterima tanpa dipertimbangkan lebih lanjut. Informasi yang disebar melalui internet seperti penggunaan bahan peledak diperuntungkan bagi pelaku bisnis. Bahan peledak komersil biasanya digunakan di industri pertambangan.
Indonesia harus mewanti-wanti setiap pergerakan kelompok terorisme dalam merekrut para pemuda penerus bangsa. Metode perekrutan yang semakin beragam menuntut pemuda Indonesia untuk semakin memegang teguh Pancasila sebagai ideologi bangsa.
Perkembangan zaman memang tidak bisa dihindari. Namun, semua resiko yang berkaitan dengan terorisme mampu diminimalisir.
Rejang Lebong, 6 Juni 2019