Pelaku bom bunuh diri di Kartasura masih terbilang muda, yaitu baru berusia 22 tahun. Sehingga generansi ini dikenal sangat akrab dengan penggunaan internet.
Berdasarkan kesimpulan yang dilontarkan kepolisian, Rofik selaku pelaku pengeboman merupakan lone wolf atau bergerak sendiri tanpa ada kaitannya dengan kelompok lain.
Kepribadian diri yang tertutup dan hanya berinteraksi dengan gadget merupakan ciri umum yang dialami oleh kaum muda zaman kini. Mereka lebih merasa nyaman dengan gadget di tangannya daripada berinteraksi dengan orang sekitar walaupun hanya sekedar bertegur sapa.
Terbukti pada saat perayaan lebaran yang identik dengan bersilaturahmi dengan sanak keluarga. Fenomena yang muncul semestinya memanfaatkan momen lebaran dengan saling komunikasi bertukar informasi. Justru yang terjadi adalah terkhusus golongan muda lebih asik dengan gadget mereka masing-masing.
Tidak bisa dipungkiri kemajuan teknologi internet malah memberi jarak kepada sanak keluarga yang berada dalam satu ruangan. Padahal momen lebaran dimanfaatkan untuk menjalin silaturahmi disamping banyaknya kesibukan yang dijalani.
Timbul pertanyaan bagaimana cara membatasi penggunaan gadget bagi kaum muda. Kebebasan informasi yang disaji melalui internet membutuhkan filter berupa kemampuan diri untuk menerima dan menolak informasi yang ada.
Sementara yang dialami kaum muda masih menyerap semua informasi yang diterima tanpa dipertimbangkan lebih lanjut. Informasi yang disebar melalui internet seperti penggunaan bahan peledak diperuntungkan bagi pelaku bisnis. Bahan peledak komersil biasanya digunakan di industri pertambangan.
Indonesia harus mewanti-wanti setiap pergerakan kelompok terorisme dalam merekrut para pemuda penerus bangsa. Metode perekrutan yang semakin beragam menuntut pemuda Indonesia untuk semakin memegang teguh Pancasila sebagai ideologi bangsa.
Perkembangan zaman memang tidak bisa dihindari. Namun, semua resiko yang berkaitan dengan terorisme mampu diminimalisir.
Rejang Lebong, 6 Juni 2019