Mohon tunggu...
Naufal Alfarras
Naufal Alfarras Mohon Tunggu... Freelancer - leiden is lijden

Blogger. Jurnalis. Penulis. Pesilat. Upaya dalam menghadapi dinamika global di era digitalisasi serta membawa perubahan melalui tulisan. Jika kau bukan anak raja, juga bukan anak ulama besar, maka menulislah. "Dinamika Global dalam Menghadapi Era Digitalisasi" Ig: @naufallfarras

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Tantangan Masyarakat Milenial Indonesia: Rehat Sejenak dari Media Sosial!

23 Mei 2019   11:22 Diperbarui: 26 Mei 2019   09:10 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: kaskus.co.id

Tidak lama kemudian informasi ini beredar dengan cepat di media sosial dan mampu menarik suara rakyat Tunisia untuk menuntut Presiden Ben Ali segera melepaskan jabatannya karena tidak mampu memberi kesejahteraan kepaa rakyatnya.

Selain di Tunisia, aksi serupa juga terjadi di Mesir setahun berikutnya. Seorang pemuda bernama Khaled Said yang disiksa hingga tak bernyawa oleh aparat keamanan tersebar di media sosial. 

Tentunya aksi keji ini mengundang protes keras oleh warga dan menuntut Presiden Hosni Mubarak segera turun. Langkah yang dilakukan adalah dengan menarik simpatisan warga yang berujung pada lengsernya Presiden Hosni Mubarak.

Mendukung Penuh Kebijakan Pemerintah

Penulis berharap konflik yang terjadi di Timur Tengah tidak terulang kembali di Indonesia. Ragam budaya yang dimiliki negeri ini jauh lebih kompleks dibandingkan dengan di Timur Tengah sehingga membuka peluang konflik yang jauh lebih besar juga. Di tambah lagi Indonesia yang baru saja melakukan pesta demokrasi menjadi sasaran negara lain dalam masa transisi pasca Pilpres 2019. 

Banyak terdapat kepentingan -- kepentingan asing berusaha mengganggu stabilitas nasional. Dan salah satu upaya pemerintah adalah dengan membatasi penggunaan media sosial selama beberapa hari ke depan untuk meredakan konflik khususnya Aksi 22 Mei dan mengurangi penyebaran konten hoax yang akan memecah persatuan bangsa.

Seperti yang telah diketahui, rasanya sulit sekarang untuk menjumpai masyarakat yang tidak mengenal gadget dan media sosial. Dari anak-anak hingga kakek-nenek dan dari kalangan bawah hingga pejabat semuanya mempunyai gadget yang digunakan untuk mengakses media sosial. Memperoleh informasi baru sangatlah mudah dan hanya berjarak di ujung jari saja. 

Tapi terkadang hal ini dimanfaatkan oleh beberapa oknum untuk keuntungan pribadi dan kelompok, yaitu dengan menyediakan konten-konten yang bersifat 'menarik' hingga provokatif.

Selain itu, masyarakat Indonesia dengan mayoritas penduduk muslim yang sedang menunaikan ibadah puasa, menyebarkan konten -- konten yang mengandung propaganda sama halnya dengan memfitnah. 

Kegiatan positif yang dapat dilakukan  dengan meningkatkan kualitas ibadah selama ibadah puasa, membaca buku favorit, hingga melakukan kegiatan positif lainnya sehingga mampu mengembangkan potensi yang ada di dalam diri dibandingkan hanya sibuk membuka timeline media sosial dan akhirnya diri kita secara tidak sadar terlibat dalam menyebarkan konten hoax.

Pertimbangan lain yang dilakukan pemerintah menurut penulis adalah tingkat literasi atau membaca rata-rata masyarakat Indonesia yang masih sangat rendah. Masyarakat kita masih dapat dengan mudah untuk mempercayai suatu konten yang dimana konten tersebut belum dapat dipastikan keabsahannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun