Ia yang awalnya berontak, akhirnya menyerah dan kehilangan nafsunya untuk membantaiku.
“ADIK MACAM APA KAMU.”
Aku yang tergeletak di atas lantai, tak berani menatap wajah kakakku itu.
“BIKIN MALU KELUARGA AJA!”
Ia lalu meludahi wajahku.
Aku tidak bisa melawannya. Ya… bukan karena apa. Tapi karena ia adalah kakak yang sangat kuhormati, dan aku tahu bahwa aku adalah orang yang hina yang patut mendapatkan balasan seperti ini.
Aku pun mengerang kesakitan. Merintih dan menangis bagai lelaki yang tidak berdaya. Dadaku penuh sesak dan rasa penyesalah.
“AKU SUDAH MEMBUNUH SYAM MAS.”
Mata kami akhirnya saling bertemu untuk pertama kalinya. Ia begitu garang dan jijik saat melihatku.
“IYA!” bentaknya, seolah ingin melumatku.
.