Mohon tunggu...
Syahdan Adhyasta
Syahdan Adhyasta Mohon Tunggu... Administrasi - Profil

Hidup ini bagaikan sebuah lautan, dan kitalah nelayan yang sedang mengarunginya.. Sejauh apapun kita melaut, pasti akan ada masa dimana kita harus kembali ke daratan tempat kita berasal.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Kardio (Part 1 of 3)

3 September 2016   21:07 Diperbarui: 3 September 2016   21:25 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bau keringat tercium menyengat di ruangan ini. Padahal sudah berapa kipas angin yang dipasang, semua pintu dan jendela tersengaja dibuka lebar-lebar. Namun, ah apalah yang bisa mengalahkan bau keringat para lelaki yang datang silih berganti semenjak pagi hingga petang ini. Padahal di dinding sudah terpampang besar-besar tulisan, 'Harap menggunakan deodoran sebelum latihan demi kenyamanan bersama'. Tapi ah, sudahlah... lama-lama hidungku juga akan kebal dari bau-bau semacam ini.

Aku yang baru 20 menit melakukan latihan kardio berupa latihan lari di treadmill dengan level menengah, disapa oleh seorang wanita muda. Ia mengenakan celana olahraga panjang berwarna hitam dan kaos yang kebesaran, macam anak-anak hip-hop jaman sekarang

"Mas Luhur kan ya?" Tanya wanita berkacamata besar itu.

"Iya Mbak. Ada apa ya?" Kataku sambil meneruskan latihan lariku.

"Ini Mas. Saya baru daftar fitness dan butuh personal trainer. Kata mbak-mbak penjaganya mas bisa ya?" 

Aku seketika memencet tombol stop di depanku, dan menghentikan latihanku. Aku lantas mendekat kepadanya dan bersalaman.

"Oh ya namanya siapa?"

Ia menjawab dengan suara kekanakannya, 'Wina...'

"Oh.. Mbak Wina. Nama yang cantik." gombalan biasaku pada customer-customerku saat berkenalan.

"Mbak udah tahu tarifnya berapa kan."

"Tenang aja Mas. Udah dikasih tahu mbak penjaganya tadi."

"Hehe.. ok.. ok. Kita ngobrol dulu sebentar."

"Lha? Kok malah ngobrol? Saya kan mau latihan Mas."

"Iya, Mbak Wina. Tentu saja kita akan latihan. Tapi kita perlu menentukan apa yang ingin mbak capai dalam sesi latihan kita. Apa ingin mengencangkan perut, ingin melatih otot, berapa jangka waktu yang diinginkan. Macam-macam lah."

Ia terdiam.

Lantas aku menambahkan, "Agar latihan kita tidak sia-sia. Maka semuanya butuh perencanaan."

"Wah.. Mas nya beda ya sama pelatih-pelatih di tempat lain. Ada perencanaan segala."

"Iyalah. Mbak nggak akan kecewa bayar saya."

Ia kemudian menepuk bahuku, "Bagus.. bagus.."

Aku hanya tersenyum melihat tingkah kekanakannya.

Tak berapa lama, kami pun mengobrol dan menyusun set latihan sekaligus jadwalnya.

"Saya nggak bisa kalo hari Jumat sama Senin malem."

"Lhah, kenapa?"

"Saya ada jadwal kuliah."

"Oh.. dimana-mana.. jurusan apa."

Aku lantas menyebutkan tempat kuliah dan jurusan yang kuambil, kata orang itu universitas yang cukup bagus.

"Wuidih.. pinter juga ya Masnya. Nggak cuma gede badan aja, tapi otaknya juga guede."

Kami lantas tertawa.

"Mbaknya? Sekolah?"

"Belum."

"Habis lulus SMA, masih nunggu pengumuman SNMPTN."

Kami lantas terdiam. Seolah-olah nyamuk mengawang-awang di antara kami.

"Ayo, kita mulai latihan."

"Sekarang?"

"Iya..."

Kami yang terduduk di lantai pun segera bangkit berdiri. Melakukan latihan sederhana sebelum melakukan latihan sesungguhnya di pertemuan selanjutnya.

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun