Ayah tersenyum.
Iya… senang…jawabnya pelan.
“Ayah seneng nggak ketemu sama aku?” tanyaku kembali.
Ayah mengernyitkan dahinya. Kemudian berpura-pura berpikir.
“Nggak ah. Soalnya Aswan makannya banyak, ngabis-ngabisin nasi di dapur.”
“Iiish.. tega banget sih.” kataku sambil memalingkan wajah ke arah lain.
Ayah tertawa senang melihat kelakuanku.
“Ya.. Nggak lah. Ayah cuma bercanda.”
“Mana mungkin Ayah tidak senang memiliki anak sebaik Aswan.” Katanya sambil mengacak-acak rambutku.
Aku pun berdiri, kemudian memeluk tubuh Ayah dari belakang dengan tubuh kecilku.
“Ayah, jangan pergi lagi….”