Mohon tunggu...
Syahdan Adhyasta
Syahdan Adhyasta Mohon Tunggu... Administrasi - Profil

Hidup ini bagaikan sebuah lautan, dan kitalah nelayan yang sedang mengarunginya.. Sejauh apapun kita melaut, pasti akan ada masa dimana kita harus kembali ke daratan tempat kita berasal.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ayah di Masa Lalu (Part 3 of 3)

25 April 2016   18:10 Diperbarui: 25 April 2016   18:13 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seketika semua menjadi gelap, dan sejurus kemudian aku pun kembali menemukan gambaran putih disekitarku.

Membawaku kembali dalam tidur panjangku.

_______________________________________________________

Sungai tempat kami memancing nampak begitu indah.

Langit jingga tampak terpantul sempurna di atas permukaan sungai. Daun-daun sesekali bergoyang riang di atas dahan, menyaksikan syahdu pemandangan senja ini. Suasana yang indah sekali, apalagi di langit nampak burung-burung gereja terbang beriringan ke haribaan.

Aku memandang wajah Ayah. Ia masih begitu asyik dengan joran dan kail yang dimilikinya. Ia menoleh ke arahku sejenak.

“Kamu sudah dapat ikan belum?”

Aku tertawa meringis kepadanya sambil menunjukkan ember kosong milikku. “Beyum…” kataku imut

Keheningan sesaat menyelimuti kami. Aku melihat capung-capung beterbangan kesana kemari menghinggapi tumbuhan di sungai ini. Sesekali mereka terhenyak, terbawa oleh arus angin yang kadang datang menganggu kesenangan mereka di sore ini.

Aku kembali menatap wajah Ayah.

“Ayah seneng nggak menikah dengan Ibu?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun