Belum lama ini saya membaca bukunya Anthony Robbins yang terbaru. Kali ini sang Master bicara masalah keuangan. Salah satu prinsip yang diajarkan oleh Tony Robbins adalah Akumulasi, Aset Alokasi dan De-Akumulasi.
Prinsip Tony Robbins perihal di atas bisa menjawab pertanyaan sampai kapan kita mengumpulkan asset, dan setelah terkumpul apa yang harus kita lakukan terhadap asset-asset tersebut.
Aset alokasi mengajarkan kita untuk membagi investasi terhadap berbagai jenis investasi. Pada prinsipnya ada 3 jenis kendaraan investasi. Ada di business (jika kita membangun business), stock and bond dan real estate. Jadi asetnya kita alokasikan pada masing-masing jenis asset dengan persentasi tertentu.
Kemudian Tony Robbins juga mengajarkan bahwa strategi investasi kita juga ada mode-nya. Mode agresif, moderat dan konservatif. Kapan kita agresif, kapan kita moderat dan kapan kita konservatif, biasanya tergantung kepribadian seseorang dan tergantung umur juga.
Pada usia muda, investasi haruslah lebih agresif. Berani masuk ke instrumen-instrumen investasi yang lebih beresiko (bisnis misalnya) namun memberikan return yang memadai. Dalam perkembangannya kemudian mode-nya bergeser ke moderat dan konservatif. Jadi jangan agresif terus-terusan, nanti kalau bangkrut di usia tua, tidak mampu bangkit lagi.
Jadi ada proses balancing portofolio. Memindahkan asset dari satu kelas yang lebih beresiko ke kelas yang kurang beresiko, walaupun kemudian mengorbankan imbal hasil. Misalnya dengan menjual sebagian saham perusahaannya (bisa private atau ke publik) dan memindahkan hasilnya ke asset yang lebih tidak beresiko (real-estate). Ini-lah salah satu alasan mengapa banyak orang yang sudah kaya, kemudian memiliki hotel.
Setelah akumulasi dan alokasi, Tony Robbins mengenalkan sebuah konsep yang menarik, yaitu de-akumulasi asset.
Asset itu setelah diakumulasikan dan di-balance sesuai dengan strategi investasi kita, maka pada suatu titik harus kita putuskan mau dikemanakan, mau diapakan, apakah harus dikumpulkan terus?
Kata teman saya buat apa mengumpulkan uang. “Uang cuma kertas, duit cuma angka,” demikan katanya.
Ya, harta dan asset hasil kerja keras dan kerajinan mengumpukan selama puluhan tahun, masa cuma disimpan di bank saja, atau teronggok dalam bentuk land banking? Harta dan asset tadi akan kehilangan power-nya. Harta tidak ada artinya jika tidak digunakan.
Lalu digunakan buat apa? Yang pertama untuk memenuhi mimpi-mimpi kita. Keliling dunia naik kapal pesiar, punya mobil bagus, beli baju bagus, menyenangkan keluarga, dan sebagainya, dan sebagainya.