Likuditas kita kelola dengan prudent. Malahan cenderung boros. Policy kita untuk LDR adalah 70%-75%. Artinya kredit yang dilepas hanya berkisar 70% sampai 75%-an dari jumlah dana yang kita kelola. Yang 25%-an adalah cadangan likuiditas.
Dengan likuiditas yang ‘boros’ tadi, sampai sekarang BPR Lestari tetap menyalurkan kredit. Rencana bisnis 2015 kita tidak revisi. Ketika ‘kompetitor’ ngerem, kami terus berekspansi.
Semester pertama, Asset kami kami tumbuh 25%-an yoy dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Profit masih tumbuh 6%-an yoy. Non Performing Loan memang naik menjadi 0,9%, namun manageable dan jika dibandingkan dengan rata-rata industri, kami masih jauh lebih baik. (Posisi per Agustus malahan lebih baik lagi, NPL turun ke 0,5%, Asset tetap tumbuh 25%-an, profit membaik).
So far so good!
Seperti argumentasi saya di atas, kita menganggap secara fundamendal, Indonesia is just fine! Tidak bagus-bagus amat, namun secara fundamental tidak banyak perbedaannya dibandingkan dengan kondisi ketika booming years. Saya percaya bahwa yang kita alami adalah siklus ekonomi ‘normal’ yang diperparah karena ‘government incompetence’, sehingga market sentimen kemudian menghukum kita lebih parah dari seharusnya.
Dunia secara global memang melesu, pemicunya adalah Cina yang slowing-down. Tidak banyak yang bisa kita lakukan.
Nah ketika, konsolidasi powernya pak Jokowi selesai, pemerintah sudah take action, market juga akan melihatnya. Sentimen akan berbalik.
Jadi saya optimis, ini temporary. Bukan fundamental. Karenanya BPR Lestari tidak merevisi bisnis plannya. Kita akan terus berekspansi sesuai dengan rencana bisnis sebelumnya.
Ketika sentimen berbalik, dana akan kembali masuk, rupiah akan menguat ke titik ekuilibriumnya yang baru. Life goes on!
Kita hanya perlu bertahan. Bahkan jika anda mempunyai pondasi yang kuat dan posisi yang benar, kemungkinan akan keluar dari krisis ini stronger than ever.Â
Saya teringat cerita teman saya tentang orang yang dikejar beruang.