Jika sistem reward-nya tidak membedakan secara jelas, bahwa yang produktif dan yang tidak produktif mendapatkan hasil yang sama atau beda tipis, karyawan yang produktif akan menurun produktifitasnya, karena tidak ada insentif yang berarti yang diterimanya dengan menjadi produktif. Dengan demikian secara keseluruhan terjadi penurunan produktifitas.
Sistem sosialis gagal karena tidak adanya insentif yang jelas antara yang produktif dan yang tidak produktif. Sementara kapitalis sistem sementara ini merupakan sistem yang terbaik di dunia karena insentif yang jelas. Yang berprestasi mendapat insentif dan yang tidak berprestasi mendapatkan dis-insentif. Sistem ini bring the best out of the people.
Anjuran pak SBY untuk hemat BBM tidak akan merubah prilaku masyarakat Indonesia, kalau tidak diikuti dengan insentif dan dis-insentif yang jelas.
Himbauan never works !
Segala macam ‘pengaturan’, mulai dari pembatasan mobil yang menggunakan bensin bersubsidi, penggunaan stiker, pelarangan mobil-mobil pemerintah dan BUMN menggunakan bensin bersubsidi, penggunaan IT untuk mencatat konsumsi BBM mobil-mobil di seluruh Indonesia, tidak akan efektif. Karena tidak diikuti dengan insentif atau dis-insentif yang jelas.
Biaya dan effort untuk mengawasi kebijakan ini saya bisa membayangkan luar biasa sulitnya. Penyelewengan akan terjadi dimana-mana, apalagi dengan sistem yang masih korup seperti ini. Kayaknya akan lebih banyak biaya dan tenaga daripada penghematan yang diperoleh.
Anjuran untuk mematikan lampu-lampu penerangan lebih absurd lagi. Apalagi kalau istana menjadi gelap sementara mall-mall di sekelilingnya tetap terang benderang.
Tahun 1970, dunia pernah dilanda krisis minyak. Minyak menjadi mahal. Secara otomatis, para konsumen mulai memikirkan cara agar konsumsi minyaknya menjadi sedikit. Karena boros mengkonsumsi minyak, mobil-mobil amerika kehilangan pasar. Industri mobil Jepang, karena mobil-mobilnya lebih kecil dan irit, berhasil menyalip industry mobil di Amerika.
Ada dis-insentif yang jelas jika terus menggunakan mobil yang boros, dan ada insentif yang ketara dengan beralih ke mobil-mobil yang lebih irit.
Sudah menjadi understanding yang jamak, bahwa jika harga BBM di Indonesia ditekan murah dengan subsidi, maka pengembangan energi alternatif tidak akan mendapatkan insentif, karena lebih baik pakai saja BBM bersubsidi yang masih murah.
Lebih baik menaikkan TDL bagi mall-mall daripada menghimbau mereka untuk hemat listrik. Lebih efektif. Himbauan never works !