Mohon tunggu...
Alex Palit
Alex Palit Mohon Tunggu... Jurnalis - jurnalis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

jurnalis

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Membaca Tanda-Tanda Alam Jelang Pilpres 2024

1 November 2023   00:27 Diperbarui: 1 November 2023   00:30 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto dok. Alex Palit

Di sini saya tidak ingin mengomentari fenomena alam gempa bumi dengan magnitudo 4,5 mengguncang Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah (30/10), yang sebelumnya tidak pernah melanda di wilayah tersebut.

Di mana fenomena alam gempa bumi tersebut, terjadi sehari sebelum Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi (MKMK) gelar sidang laporan dugaan pelanggaran kode etik dan pedoman perilaku hakim ditujukan kepada Ketua MK Anwar Usman (31/10).

Di sini saya juga tidak ingin mengomentari fenomena alam hujan deras disertai angin kencang, sambaran petir disertai tumbangnya sejumlah pohon besar tumbang, melanda kota Solo, Jawa Tengah (24/10).

Di mana fenomena alam tesebut, terjadi sehari sebelum deklarasi pasangan bakal capres Prabowo Subianto -- cawapres Gibran Rakabuming Raka di Indonesia Arena -- Gelora Bung Karno, Senayan -- Jakarta (25/10).

Adakah fenomena ini sebagai tanda-tanda atau isyarat alam? Dalam budaya Jawa, ada dipercayai mitos-mitos mistis yang antara lain dengan membaca terjadinya peristiwa atau fenomena alam yang tidak biasa. Di mana peristiwa atau fenomena alam tersebut kemudian dibaca sebagai tanda-tanda atau isyarat alam sebagai "sabda alam".

Persoalan believe or not, semua itu kembali pada keyakinan kita masing-masing. Di sini saya hanya mengutip pernyataan filsuf Spinoza menyebutkan, "Allah sama dengan aturan kosmos. Kehendak Allah, itu kehendak alam, maka hukum-hukum alam itu kehendak Allah." 

Tapi setidaknya, adalah saatnya kita: ngaji rasa, ngaji diri. Adakah dari ragam fenomena alam tersebut pada intinya merupakan "isyarat alam" atau "sabda alam" yang seharusnya untuk direnungkan. Adakah yang salah dengan kita?

Atau, dalam hal ini alam sudah murka melihat kesombongan ulah tingkah manusia yang sudah lupa dengan kodrat hukum alam alam, sudah tidak peduli lagi, sudah abai.

Untuk itu manusia perlu ditegur dan diingatkan. Dan alam punya logikanya sendiri cara menegur mengingatkan ulah manusia yang sudah lupa diri oleh ulahnya sendiri.

Dan, dari ragam fenomena alam yang terjadi bukan tak mungkin merupakan teguran sebagai pengingat, karena dianggap mengangkangi hukum alam. Sebagaimana dikatakan Spinoza, hukum-hukum alam itu kehendak Allah.

Bagi "alam" tak ada yang tak ada jika sudah berkehendak. Karena "alam" punya logikanya sendiri di luar prediksi, di luar nalar manusia. 

Dalam budaya Jawa diyakini bahwa fenomena alam yang tidak biasa dianggap mengandung dimensi metafisis yang terpancar dari energi kekuatan-kekuatan alam atau kosmos.

Sementara dalam budaya Jawa dikenal dengan istilah memayu hayuning bawana.  Pemahaman memayu hayuning bawana menyiratkan bagaimana manusia bukan saja harus memperindah dunia, juga bagaimana menjaga harmonisasi dengan alam dan kehidupannya.

Bukan tidak mungkin manakala manusia hanya bertindak demi mengutamakan egoisme pribadinya, bukan tidak mungkin alam pun akan murka, dengan logikanya sendiri alam melakukan "perlawanan".

Bukan tidak mungkin pula, fenomena alam yang terjadi, semua itu adalah tanda-tanda atau isyarat alam atau "sabda alam" sebagai jawaban atas egoisme tingkah manusia akan hasrat kuasa demi kepentingan politik pragmatis jelang Pilpres 2024.

Alex Palit, jurnalis, pendiri Komunitas Pecinta Bambu Unik Nusantara (KPBUN)

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun