Di sini saya tidak ingin mengomentari fenomena alam gempa bumi dengan magnitudo 4,5 mengguncang Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah (30/10), yang sebelumnya tidak pernah melanda di wilayah tersebut.
Di mana fenomena alam gempa bumi tersebut, terjadi sehari sebelum Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi (MKMK) gelar sidang laporan dugaan pelanggaran kode etik dan pedoman perilaku hakim ditujukan kepada Ketua MK Anwar Usman (31/10).
Di sini saya juga tidak ingin mengomentari fenomena alam hujan deras disertai angin kencang, sambaran petir disertai tumbangnya sejumlah pohon besar tumbang, melanda kota Solo, Jawa Tengah (24/10).
Di mana fenomena alam tesebut, terjadi sehari sebelum deklarasi pasangan bakal capres Prabowo Subianto -- cawapres Gibran Rakabuming Raka di Indonesia Arena -- Gelora Bung Karno, Senayan -- Jakarta (25/10).
Adakah fenomena ini sebagai tanda-tanda atau isyarat alam? Dalam budaya Jawa, ada dipercayai mitos-mitos mistis yang antara lain dengan membaca terjadinya peristiwa atau fenomena alam yang tidak biasa. Di mana peristiwa atau fenomena alam tersebut kemudian dibaca sebagai tanda-tanda atau isyarat alam sebagai "sabda alam".
Persoalan believe or not, semua itu kembali pada keyakinan kita masing-masing. Di sini saya hanya mengutip pernyataan filsuf Spinoza menyebutkan, "Allah sama dengan aturan kosmos. Kehendak Allah, itu kehendak alam, maka hukum-hukum alam itu kehendak Allah."Â
Tapi setidaknya, adalah saatnya kita: ngaji rasa, ngaji diri. Adakah dari ragam fenomena alam tersebut pada intinya merupakan "isyarat alam" atau "sabda alam" yang seharusnya untuk direnungkan. Adakah yang salah dengan kita?
Atau, dalam hal ini alam sudah murka melihat kesombongan ulah tingkah manusia yang sudah lupa dengan kodrat hukum alam alam, sudah tidak peduli lagi, sudah abai.
Untuk itu manusia perlu ditegur dan diingatkan. Dan alam punya logikanya sendiri cara menegur mengingatkan ulah manusia yang sudah lupa diri oleh ulahnya sendiri.
Dan, dari ragam fenomena alam yang terjadi bukan tak mungkin merupakan teguran sebagai pengingat, karena dianggap mengangkangi hukum alam. Sebagaimana dikatakan Spinoza, hukum-hukum alam itu kehendak Allah.