Pilpres 2024. Di Tengah masih menganganya jurang polarisasi yang dipicu dan terpicu oleh beda pilihan politik di Pilpres. Adalah tak salah bila kemudian memunculkan harapan sosok pemimpin yang memiliki kemampuan merajut dan menyatukan kembali retakan-retakan kemesraan sosial dalam kehidupan berbangsa yang disemboyani oleh Bhinneka Tunggal Ika.
Sebagaimana judul artikel ini, pertanyaannya, benarkah "Prabowo Subianto Sang Perajut Bhinneka Tunggal Ika?"
Semua itu akhirnya ia jawab. Dalam berbagai kesempatan, sebagai capres yang diusung oleh Koalisi Indonesia Maju (KIM), menyampaikan bahwa alternatif kepemimpinan yang ia tawarkan adalah kepemimpinan kolektif lintas partai, lintas suku, lintas agama.
Menurutnya, semua itu didasarkan oleh satu kesamaan: kecintaan kepada Indonesia, kecintaan kepada rakyat Indonesia, di atas kepentingan kelompok dan pribadi. "Itu napas saya, itu nilai saya, itu cita-cita saya. Demokrasi adalah nilai yang saya junjung."
Sebagai bangsa multikultural, bagi Prabowo perbedaan adalah sebuah keniscayaan. Perbedaan bukan permasalahan. Perbedaan sebagai rahmat, sehingga bagaimana bisa menyatukan sebagai kekayaan budaya.Â
Menimbah Ilmu dari Gus Dur
Prabowo juga mengaku banyak menimbah ilmu dari K.H. Abdurraman Wahid, yang akrab dipanggil Gus Dur. Dikatakan, sosok almarhum Gus Dur selalu bisa memberikan inspirasi kepada kita. Di balik candaannya, terdapat pesan yang dalam, pesan yang penting. "Kami akan teruskan nilai-nilai toleransi, kebaikan dan perdamaian yang engkau telah ajarkan, Gus."
Bagi Prabowo, Gus Dur, sosok yang banyak memberikan pelajaran penting kepada kita, bagaimana cara terbaik untuk menegakkan Bhineka Tunggal Ika. Sosok yang selalu menebarkan pesan damai, indahnya kebersamaan dan pentingnya toleransi.
Kepemimpinan Bhinneka Tunggal Ika
Dikatakan oleh Prabowo, yang kita lakukan hari ini, bukan tentang saya, atau saya akan menjadi apa di masa depan. Tetapi tentang menunaikan tugas kita untuk menciptakan sebuah negara yang rukun, negara yang bersatu, negara yang optimis, negara yang bisa memberikan masa depan cerah dan senyum ceria kepada para generasi penerus.
Prabowo juga mengungkapkan keprihatinan dan kesedihannya, "Kita sangat sedih, akan keberadaan pihak-pihak yang sangat jelas, demi mempertahankan kursi jabatan bersedia melakukan termasuk menggoyahan kerukunan antara suku, antara agama, antara ras. Termasuk juga mengambil resiko mengobarkan kebencian, kecurigaan, dan memperbesar perbedaan terhadap golongan."Â
Sebagai bangsa yang hidup dalam masyarakat multikultural, bagaimana di antara kita saling menghormati dan menghargai satu sama lain sebagai warga masyarakat  Termasuk juga bagaimana saling menghargai dan menghormati hak-hak orang lain untuk mengaktualisasikan diri dalam aspek kehidupan, termasuk dalam menyalurkan aspirasi hak berpolitik.
Penggunaan isu sentimen primodialisme kesukuan dan keagamaan inipun sering secara sengaja dijadikan senjata dipolitisir untuk kepentingan pragmatis jelas adalah bentuk pengingkaran dan pelecehan terhadap pengakuan atas spirit multikulturalisme dan Bhinneka Tunggal Ika.
Mari kita wujudkan, cita-cita yang disepakati oleh para pendahulu kita, cita-cita yang hingga saat ini terus kita wujudkan agar bangsa kita, rakyat kita hidup sejahtera dan terhormat.
"Terima kasih rekan-rekan sekalian atas kepercayaan juga dukungan yang diberikan. Ini sebuah kehormatan bagi saya untuk berjuang bersama saudara-saudara sekalian. Indonesia adalah rumah besar kita bersama. Di mana untuk membangun dan merawatnya diperlukan kerukunan dan kerja sama dari semua pihak," tandasnya.
Alex Palit, jurnalis, penulis buku "2024 Kenapa Harus Prabowo Subianto Notonegoro"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H