Terus terang, saya tidak mengenal keduanya secara personal, baik Gibran Rakabuming maupun Yenny Wahid, termasuk biografis rekam jejak politiknya. Jadi di sini saya tidak ingin berandai-andai, takut tidak objektif atau malah menjadi subjektivitas dalam memberi penilaian dan menilai.
Biar pembaca atau masyarakat yang secara objektif memberi penilaian dan menilainya atas rekam jejak keduanya, kemarin, hari ini dan prediksi hari esok.
Di sini saya hanya kembali diingatkan dengan ungkapan atau pepatah "like father like son", yang artinya kira-kira bahwa seorang anak punya kesamaan dengan ayah, atau buah jatuh tidak jauh dari pohonnya.
Kita pun sering dengar, Megawati atau Puan Maharani disebut, selain anak biologis Bung Karno, juga anak ideologis sebagai pewaris ajaran bapaknya yaitu Marhenisme dan Trisakti Bung Karno, sebagaimana kalau pada ungkapan "like father like son".
Begitu halnya kalau ungkapan tersebut, kita sematkan pada Gibran Rakabuming maupun Yenny Wahid, yang mana kalau disandingkan keduanya adalah anak presiden, anak Presiden ke-7 dan anak Presiden ke-IV, pastinya bisa diberlakukan.
Semoga menjadi pilihan yang bijak. Bijak dalam menilai, memilah dan memilih sebelum jatuhkan putusan, manakala salah satu di antara keduanya disandingkan sebagai cawapresnya Prabowo Subianto. Ojo kesusu, ojo grusa-grusu, ojo keblusuk, wedine ora untung malah buntung. Semoga!
Alex Palit, jurnalis pemerhati budaya musik dan politik Aliansi Pewarta Independen "Selamatkan Indonesia".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H