Mohon tunggu...
Alex Palit
Alex Palit Mohon Tunggu... Jurnalis - jurnalis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

jurnalis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Wangsit Bambu "Rancang Kencana" dan "Trisula Weda" untuk Prabowo Subianto

18 Agustus 2023   21:43 Diperbarui: 18 Agustus 2023   21:43 965
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semalam, sehubungan dengan malam Jumat Legi, setelah cukup lama absen, saya jadi kangen bersemedi bertafakur cari wangsit lewat isyarat alam, petunjuk "bahasa langit".

Biasanya, ini saya lakukan di sebuah makam keramat Pangeran Sanghyang di Jatinegara Kaum. Kali ini semedi dan tafakur saya di kamar ruang kerja yang dipenuhi tumpukan dan serakan buku, juga bambu unik.

Setelah lumayan lama "berdiam diri", perhatian saya terarah terfokus pada dua bambu unik yaitu "Rancang Kencana" dan "Trisula Junjung Derajat". Saya pandangi kedua bambu tersebut, alih-alih perhatian dialihkan mengarah pada tumpukan buku Prabowo Subianto.

Ada apa ini, kok perhatian saya mengarah terfokus pada kedua bambu tersebut dan buku Prabowo Subianto, tanya batin saya. Atau ini hanya tergiring oleh alam bawah sadar saya, di mana belakangan ini saya banyak menulis tentang Prabowo. Atau itulah adanya yang tersirat dari semedi saya, yang kemudian saya coba menterjemahkannya lewat "bahasa rasa".

Pusaka Alam Bambu Unik

Di kalangan pengaji deling Komunitas Pecinta Bambu Unik Nusantara (KPBUN), bambu unik ini disebutkan sebagai pusaka alam. Pusaka yang terbentuk secara alami, bukan hasil rekayasa kerajinan tangan. Bahkan disebutkan sebagai pusaka alam yang terbentuk secara alami memiliki energi atau "tuah alami" bawaan alam.

Selain memiliki spesifikasi keunikan tersendiri yang terbentuk secara alami, pusaka alam bambu ini juga memiliki simbolisasi berupa "bahasa tanda" dari yang tersurat dan tersirat didalamnya. Dari sini pula kemudian diperkenalkan dengan apa yang disebut ngaji deling, membaca bambu mengungkap makna apa dan siapa yang tersirat di balik bambu unik alami tersebut.

Lewat ngaji deling kita diajak untuk membaca, mengagumi tanda-tanda kebesaran alam, sekaligus menjadi bukti atas kebesaran Sang Maha Pencipta, kendati lewat sepotong bambu. Manusia tidak akan mampu menjangkau membuka tabir misteri Dzat Allah, tapi cukup dengan mentafakuri.

Lewat tanda-tanda kebesaran alam, walau hanya dari sepotong bambu unik ini akan semakin menebalkan iman dan keimanan juga ketakjuban kita akan kebesaran Tuhan Semesta Alam sebagai Sang Maha Pencipta.

Rancang Kencana

Disebut "Rancang Kencana", ada pula yang menamai "Sisik Naga" atau "Rantai Bumi" pada bambu unik berbentuk di mana ruas-ruasnya zig-zag menyerupai untaian rantai saling tersambung. Dalam konteks ini, disebut sebagai rancang kencana, di mana secara terminologis kata bahwa rancang mengartikan rancangan, gagasan atau visi ke depan, sedang terminologi kencana berarti emas, mulia atau besar.

Dalam konteks dunia kepemimpinan, makna simbolik dari bambu unik ini, di mana dalam menjalankan tugas yang diembannya, seorang pemimpin harus membekali diri dengan rancang kencana yaitu berupa gagasan besar visioner yang harus dimiliki seorang pemimpin. Untuk mewujudkan semua itu seorang pemimpin harus dibekali oleh "rancang kencana". Itu inti dari makna simbolik bambu "Rancang Kencana".

Trisula Weda

Dalam bab akhir ramalan "Jangka Jayabaya" -- Prabu Jayabaya menyebutkan sosok Ratu Adil bersenjatakan "Trisula Weda". Secara semiotik, mengartikan siapa pun itu sosok pemimpin Ratu Adil haruslah dibekali atau membekali diri dengan senjata "Trisula Weda".

Yang dimaksud bersenjatakan "Trisula Weda" merupakan semiotik atau simbolisasi penggambaran watak, sifat atau kepribadian yang harus dimiliki seorang pemimpin yaitu benar, lurus dan jujur.

Benar, bahwa seorang pemimpin harus berdiri di atas kebenaran dan demi kebenaran, bijak, adil, dan tidak berat sebelah. Lurus, menjalankan segala tugasnya sesuai aturan hukum yang ada. Jujur, tidak salah gunakan kuasanya jabatan.

Ketiga watak "Trisula Wedha" ini harus dipunyai sebagai kepribadian seorang pemimpin. Sekaligus menjadi ageman yang melekat dan menyatu pada diri seorang pemimpin, sehingga membentuk karakter utama "Ratu Adil", yaitu: benar, lurus, jujur.

Selain "Trisula Weda", Ratu Adil adalah sosok pemimpin merangkum trisula karakter kepemimpinan:

Pertama, berkarakter Satria Panandhita adalah sosok pemimpin yang tidak korup, menjunjung nilai-nilai etika dan moralitas, religius, dan amanah dalam mengemban tugas demi kesejahteraan rakyat

Kedua, berkarakter Satria Bayangkara yaitu sosok pemimpin yang memiliki kewibawaan dengan bersikap tegas, adil, mengayomi rakyatnya, juga berjiwa pemaaf terhadap lawan-lawan politiknya dengan spirit tepo seliro dan mikul dhuwur mendhem jero.

Ketiga, berkarakter Satria Raja adalah sosok pemimpin berjiwa ksatria dan negarawan yang mengabdi dan membela kepentingan rakyat.

Pertanyaan berikutnya, adakah relasi semedi semalam, antara bambu "Rancang Kencana" dan "Trisula Weda" dengan Prabowo Subianto? Jangan-jangan apa yang saya dapat saat "berdiam diri" adalah sebuah wangsit "bahasa langit". Bahwa sebagai seorang pemimpin harus dibekali atau membekali diri dengan "Rancang Kencana" dan "Trisula Weda".

Saya pun diingatkan saat Prabowo berkampanye di Solo, ada seorang empu keris yang menghadiahi keris pusaka "Garuda Yaksa". Saya pun ingin menghadiahkan pusaka alam bambu unik "Rancang Kencana" dan "Trisula Weda" untuk capres 2024, Prabowo Subianto. Semoga berkenan dan berkah... Amin!!!    

Alex Palit, jurnalis, pengaji deling, pendiri Komunitas Pecinta Bambu Unik Nusantara (KPBUN).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun