Mohon tunggu...
Alex Palit
Alex Palit Mohon Tunggu... Jurnalis - jurnalis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

jurnalis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kepemimpinan Asta Brata Prabowo Subianto

16 Agustus 2023   18:03 Diperbarui: 16 Agustus 2023   18:26 519
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di artikel ini, saya awali dengan bahwa kekuasaan itu universum. Dikatakan universum, dalam artian bahwa keberadaan kekuasaan tidak lepas atau tidak bisa dipisahkan campur tangan dimensi alam semesta atau kosmologi. Sehingga menjadikan bahwa kekuasaan itu hadir sebagai sesuatu yang sakral.

Sebagaimana ditemui dalam budaya masyarakat Jawa, kekuasaan itu tidak sekedar sebagai sebuah legitimasi politis, di dalamnya juga melekat sesuatu yang agung, mulia, keramat, sakral, yang berasal dari "dunia Atas". Kekuasaan dalam ajaran budaya Jawa mengandung dimensi metafisis yang terpancar dari energi kekuatan-kekuatan alam atau kosmos. Begitu halnya kekuasaan yang ada dalam diri seorang pemimpin tak lepas dari semua itu.

Di mana kekuasaan dalam budaya Jawa sebagai manifestasi universum. Ia akan bersemayam pada orang-orang terpilih yang mendapat "wahyu" dan memiliki daya "linuwih", maka terjunjung derajatnya untuk menyandang posisi pemimpin. Di mana manifestasi "junjung derajat" itu sendiri merupakan perwujudan diangkatnya derajat seseorang di hadapan Sang Maha Kuasa, sekaligus terjunjungnya status sosialnya sebagai seorang pemimpin bertugas mengembang titah amanah yang diberikan kepadanya.

Dalam banyak hal, secara sosio kultural, masyarakat Jawa tidak dapat dilepaskan dari mitos simbol-simbol yang meruang-lingkupi dengan segala pemaknaannya. Dalam mitos budaya Jawa, selain sebagai simbolisme, benda-benda tertentu tersebut juga dianggap mampu memberi kekuatan magis yang terhubung dengan dimensi supranatural atau metafisis. 

Bahkan makna simbolik dari simbolisasi dari benda-benda tertentu yang dinilainya secara supranatural memiliki "tuah" dipakai sebagai ageman peneguh jati diri status sosialnya. Termasuk di dunia kepemimpinan, dalam budaya Jawa simbolisasi kepemimpinan juga dimanifestasikan oleh ragam bahasa tanda dengan makna simboliknya yang "dihadirkan" dalam benda-benda tertentu atau unsur-unsur alam seperti pada bambu unik "Asta Brata" sebagai perlambang.

Dalam budaya masyarakat Jawa istilah "Asta Brata" yang mengacu delapan unsur sifat alam. Asta berati delapan, brata berarti laku, yang mencakup delapan unsur sifat alam, yaitu: Bumi, Matahari, Bulan, Samudra, Bintang, Angin, Api dan Air. 

Hingga saat ini kedelapan unsur sifat alam asta brata digunakan sebagai acuan bagi seorang raja (pemimpin), khususnya berlatar budaya Jawa.

Dari situ pula kemudian memunculkan istilah kepemimpinan "Asta Brata". Di dalam kepemimpinannya, seorang pemimpin harus menyerap nilai-nilai filosofis yang terkandung dari kedelapan unsur sifat alam asta brata tersebut.

Kalau kita merujuk kepemimpinan "Asta Brata" di buku "Kepemimpinan Militer 2" Prabowo Subianto, kedelapan unsur hukum alam tersebu pula sebagai "wahyu makutha rama", yaitu: Pindo Jaladiri, Candra, Kartika, Surya, Arga, Dahana, Bayu dan Bahana.

Adapun kedelapan sifat dewa yang digambarkan unsur alam "Asta Brata" itu meliputi:

1.Pindo Jaladiri (samudra). Seorang pemimpin hendaknya mempunyai keluasaan hati dan pandangan, dapat menampung semua aspirasi dari siapa saja, dengan penuh kesabaran, kasih sayang, dan pengertian kepada rakyatnya.

2.Pindo Candra (bulan). Kehadiran seorang pemimpin bagi rakyat haruslah menyejukkan bagi rakyatnya.

3.Pindo Kartika (bintang). Seorang pemimpin harus bisa menjadi seperti bintang yang memancarkan sinar yang terang, dan menjadi pedoman arah. Seorang pemimpin hendaknya menjadi teladan, tidak ragu menjalankan keputusan-keputusan yang disepakati, serta tidak mudah terpengaruh oleh pihak-pihak yang menghasut dan menyesatkan.

4.Pindo Surya (matahari). Seperti matahari yang memberi sinar kehiduan yang dibutuhkan seluruh jagat, energi dari seorang pemimpin harus memberi petunjuk dan solusi atas masalah-masalah yang dihadai rakyatnya.  

5.Pindo Dahana (api). Berprinsip seperti api, di mana seorang pemimpin diharapkan mampu menghangatkan hati dan membakar semangat rakyatnya untuk berbuat kebaikan dan memerangi kejahatan.

6.Pindo Bahana (bumi). Seorang pemimpin harus berprinsip seperti bumi yang berusaha untuk selalu siap dan mampu menjadi sumber kebutuhan hidup bagi siapa pun.    

7.Pindo Arga (gunung). Seorang pemimpin harus memiliki keteghan, kekuatan fisik dan psikis serta tidak mudah menyerah untuk membela kebenaran maupun membela rakyatnya. 

8.Pindo Bayu (angin). Seorang pemimpin harus mampu membaur di semua lapisan masyarakatnya dan bersikap adil, tidak diskriminatif atau membeda-bedakan antara ras, golongan dan agama.

Sedang menurut J. Syahban Yasasusastra, dalam buku "Asta Brata -- 8 Unsur Alam Simbol Kepemimpinan", memaparkan kedelapan unsur alam tersebut, yaitu meliputi:

1.Indra Brata (dewa hujan). Pemimpin hendaknya mampu menciptakan kemakmuran yang merata bagi seluruh rakyatnya.

2.Yama Brata (dewa penegak kebenaran). Pemimpin hendaknya tidak pilih kasih dalam menjatuhkan hukuman bagi rakyatnya.

3.Surya Brata, ( memberi penerangan menyeluruh dan merata). Pemimpin harus tegas dalam mengambil suatu keputusan dan selalu bertindak persuasif, serta dapat memberi pencerahan kepada rakyatnya.

4.Candra Brata, menyejukkan, tenang, dan lemah lembut. Pemimpin yang mampu menyenangkan hati bagi rakyatnya.

5.Bayunila Brata, bersifat angin yang dapat memasuki semua tempat. Pemimpin itu senantiasa mengayomi rasa aman dan bertanggungjawab secara transparan.

6.Kuwera Brata (dewa pemurah hati pemberi kekayaan). Pemimpin mampu mengelola sumber kekayaan alam untuk kesejahteraan seluruh rakyat.

7.Barna Brata (dewa penguasa laut dengan senjata Nagapasa). Pemimpin minimal memiliki pengetahuan yang luas untuk mengikat semua pendapat, dan secara cepat menyimpulkan.

8.Agni Brata (dewa api), sifat api ganas tak pandang bulu. Seorang pemimpin selain dapat membangkitkan semangat seluruh rakyat untuk membangun, juga berani menghadapi setiap tantangan dan selalu dapat mengatasinya.

Setidaknya itu semiotika kedelapan unsur alam sebagai "wahyu makutha rama" dari "Kepemimpinan Asta Brata  Prabowo Subianto" yang harus menjadi bekal dan dimiliki sebagai sikap dan laku seorang pemimpin.

Alex Palit, jurnalis, pendiri Komunitas Pecinta Bambu Unik Nusantara (KPBUN)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun