Dalam perspektif politik, filosofi mikul dhuwur mendem jero hendaknya tidak selalu usrek pada masa lalu, mencari kesalahan atau suka menyalahkan orang lain sebagai kambing hitam, dengan membandingkan dirinya lebih baik dan lebih hebat dari kepemimpinan sebelumnya. Inti dari mikul dhuwur mendhem jero, kubur yang tidak baik, angkat yang baik atas segala jasanya.
Kita lebih gampang mencaci, memaki, menghujat dan mencari kesalahan dan mempersalahkan orang lain walau hanya didasari prasangka tanpa dukungan fakta dan bukti sekalipun. Dicari jeleknya buat dicaci, dihujat dan dipersalahkan, sebaliknya baiknya tidak dipujikan. Â
7. Becik Ketitik Ala Ketara
Filosofi becik ketitik ala ketara, di mana kebaikan dan kebenaran akan dinyatakan, sedang segala kebusukan, kejahatan dan kemunafikan akan tersingkap, terungkap, terbongkar dan tertelanjangi dengan sendirinya, sunatullah, di sini hukum alam bekerja sebagai karma.
8. You Can't Fool All of The People All of The Time
Di buku "Surat Untuk Sahabat", Prabowo juga mengutip kata-kata Presiden Amerika Serikat -- Abraham Lincoln, "You can fool some of the people all of the time, and all of the people some of the time, but you can't fool all of the people all of the time".
Anda dapat memperdayakan semua orang untuk sementara waktu, dan memperdayakan sementara orang untuk selamanya, tetapi Anda tidak dapat memperdayakan semua orang untuk selamanya.
Ucapan Abraham Lincoln kalau diterjemahkan dalam bahasa Jawa kira-kira artinya sepadan dengan becik ketitik ala ketara, kebenaran akan dinyatakan, kebohongan akan terungkap dengan sendirinya. Sunatullah.
Meski "Surat Untuk Sahabat" ini merupakan kumpulan tulisan Prabowo Subianto di akun fb-nya kemudian dibukukan, tapi saya menganggap sebagai buku filsafat politik, tidak sekadar mengutarakan pikiran-pikiran politik, filosofi, termasuk prediksi atau ramalan politiknya yang ia sampaikan lewat hermeneutik pesan tersebut.
Justru yang tak kalah menarik, kalau hermeneutika ini kita baca ulang, ditafsir, lalu diterjemahkan pesan tersebut terhubung dengan realitas politik saat ini. Terlepas kebenaran, benar tidaknya, apa yang Prabowo ramalkan di buku "Surat Untuk Sahabat", tapi setidaknya di sini  mengajak kita senantiasa eling lan waspada.
Sak beja bejane wong kang lali