Di sini saya tidak ingin mengomentari alasan politis di balik dikeluarkannya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 75 Tahun 2021 terkait revisi perubahan Statuta UI yang menggulirkan perihal rangkap jabatan Rektor UI di BUMN, sedang yang dilarang adalah untuk jabatan direksi.
Revisi perubahan inipun dikeluarkan sebagai respon munculnya ragam kritikan atas rangkap jabatan Rektor UI Ari Kuncoro menjadi Wakil Komisaris Bank BRI yang sebelumnya dinilai melanggar Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 68 Tahun 2013 tentang Statuta UI, melarang Rektor UI merangkap jabatan pejabat di perusahaan pelat merah.
Malah dengan dikeluarnya PP ini menambah runyam yaitu dengan makin maraknya ragam reaksi kritikan. Maraknya ragam reaksi kritikan kemudian berujung dengan mundurnya Rektor UI dari Wakil Komisaris Bank BRI.
Maraknya ragam kritikan perihal perubahan Statuta UI tentang rangkap jabatan ini justru sebaliknya secara apologis dikomentari Tenaga Ahli Kantor Staf Presiden (KSP) Ali Mochtar Ngabalin dengan pernyataan yang nyinyir atas Statuta UI baru ini harus diperiksa pengetahuannya.
Di sini saya hanya ingin menanggapi membalik pernyataan tersebut dengan satu kalimat: justru yang bersangkutan harus diperiksa pengetahuannya.
Atas dikeluarkannya PP Nomor 75 Tahun 2021, di sini saya kembali diingatkan pada lagu "Potret Zaman" grup musik Suket, ciptaan Jockie Soeryopayogo, liriknya ditulis Naniel.
Kalau kekuasaan dianggap sebagai jalan keluar
Akan semakin banyak kejanggalan               Â
Wajah-wajah letih hanya memandang
Namun mata hatinya
Mata hatinya bergejolak
Aku tak mengerti apa yang dicari
Aku tetap tak mengerti
Apa yang diingini... O o... O o...
Adakah, inilah "Potret Zaman" seperti di nyanyian lagu "Potret Zaman" -- Suket, di mana kekuasaan dianggap sebagai sebagai jalan keluar demi kepentingan tujuan politik yang diingini untuk melegitimasi kekuasaan lewat instrumentasi kekuasaan yang dimiliki penguasa.
Adakah, di sini sudah memasukki apa yang namanya zaman edan? Di mana orang untuk memenuhi syahwat ambisi  kedudukan, jabatan atau kuasa dengan mensahkan penghalalan segala macam cara. Â
Adakah, inilah "Potret Zaman" yang terjadi saat ini yaitu zaman edan; yen ora edan ora keduman, kalau tidak ikut gila tidak kebagian...!!!
Di sini saya pun diingatkan kembali pada doktrin politik Machiavelli di Il Principe (Sang Penguasa), benarkah politik itu tidak ada sangkut-pautnya dengan moral, dan menjadikan tujuan utama berpolitik tak lain adalah bagaimana mengamankan dan melestarikan kekuasaan yang ada di tangannya -- Sang Penguasa?
Alex Palit, jurnalis -- Aliansi Pewarta independen #SelamatkanIndonesia, penulis buku "Nada-Nada Radikal Musik Indonesia" dan "Ngaji Deling -- Ratu Adil 2021 / 2024". Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H