Masuk akal. Saat ini mereka membiayai 46 anak dari tingkat TK hingga perguruan tinggi. Mereka juga memilih sekolah yang baik bagi anak-anak. "Karena kalau kami memilih sekolah yang biasa-biasa saja, bagaimana dengan daya saing mereka? Padahal rata-rata kami hanya biayai hingga lulus SMK," kata Kristina. Maka, anak-anak di sekolahkan di BPK Penabur, Tarakanita, Santa Maria, Santo Antonius, dan sekolah-sekolah kejuruan lainnya.
Dari mana semua biaya ini didapat? "Dari para penyumbang kami. Kalau mereka tidak ada entah bagaimana jadinya anak-anak ini," kata Kristina. PA Parapattan memang tidak berada di bawah gereja atau lembaga Kristen tertentu.
Menggali Bakat
Meskipun sudah menempuh pendidikan formal, anak-anak Parapattan masih diikutkan kursus dan pelatihan-pelatihan, misalnya komputer, desain grafis dan  penata rambut. Yang lulus diberi sertifikat oleh lembaga tersebut.
Untuk merangsang kecerdasan sosial dan psikomotorik, anak-anak diajak berolahraga sepak bola, futsal, voleey dan sejenisnya. Untuk hobi dan minat mereka diajak menari dan bermain musik.
"Kalau mau disederhanakan ada tiga hal yaitu seni, olahraga dan teknologi," kata David.
Menurut David, untuk menggali bakat dan  kemampuan setiap anak, mereka menjalin kerjasama dengan psikolog yang kompeten.  Selain untuk terus menggali potensi setiap anak asuh, mereka juga dapat mengetahui peningkatan kemajuan psikologis dan spiritual anak-anak.
Sebagaimana asrama, panti sangat menjaga disiplin. Kegiatan anak-anak dijadwal secara rapi. Sejak bangun pukul 05.00 pagi hingga kembali tidur lagi. Misalnya, kata David, para pengasuh melakukan monitoring peralatan, penyerahan agenda, pelaporan atribut sekolah, yang harus dilakukan setelah anak-anak pulang sekolah.
Meskipun menerapkan disiplin yang ketat, suasana kekeluargaan sangat terasa di sana. Maka canda, tawa, antar sesama anak asuh mudah ditemukan. Mereka juga kerap bergelayut manja kepada pengasuh-pengasuhnya.
"Ya kami keluarga mereka, tempat curhat dan berkeluh-kesah," kata David.
Â