"Saya hampir berhenti dari sepak bola, tetapi saya tetap teguh dan pergi ke Belo Horizonte hanya dengan uang yang cukup untuk perjalanan ke sana untuk uji coba terakhir saya dengan America MG," kata Richarlison. "Jika saya tidak berhasil, saya tidak akan punya cukup uang untuk pulang ke Espiritu Santo, 600 kilometer dari sana," tuturnya.
Tetapi menjadi pemain America MG tidak membuatnya segera mendapatkan uang yang cukup. Dia harus bekerja sebagai penjual permen dan es krim untuk membantu keuangan keluarganya.
Barulah ketika Fluminense melihat cara bermainnya yang bagus di America MG, klub liga utama Brazil itu merekrutnya pada 2016. Bintang Richrlison mulai bersinar, Â dan Watford klub kasta kedua Liga Inggris membelinya, sebelum pada Juli 2018 ia ditebus oleh Everton yang berada di Liga Utama Inggris. Dalam catatan klub Everton, Â Richarlison merupakan pemain termahal yang pernah mereka miliki dengan harga sekitar 769 miliar rupiah. Di Inggrislah Richarlison menjelma menjadi salah satu pemain hebat, sebelum Tottenham Hotspur membanderolnya dengan harga hampir satu triliun rupiah.
Begitulah hukum tak tertulis yang melekat dalam sanubari anak-anak Brazil. Â Mengolah si kulit bundar adalah bagian dari kegembiraan bersama. Maka mereka bahu-membahu menggalang pertahanan atau menyerang daerah musuh. Dengan bermain sepak bola juga mereka boleh sejenak melupakan kemiskinan yang pernah atau sedang melilit mereka. Dengan bermain bola mereka merasa senasib sepenanggungan. Lapangan menjadi tempat di mana perbedaan klub, tinggi bayaran, dan berbagai perbedaan luruh. Perasaan gembiralah yang memungkinkan hal itu terjadi.
"Kalau kita bermain dengan hati yang gembira, tanpa tekanan, seluruh potensi diri kita akan keluar di lapangan. Kita dapat bertahan dengan baik dan dapat menyerang dengan baik pula, karena ada kebersamaan di sana," kata Pele.
Dinihari tadi usai peluit panjang ditiup wasit, Richarlison tampak seperti gamang. Apakah benar dia sedang berada di lapangan atau hanya bermimpi? Sebab itu dalam wawancara dengan FIFA usai laga itu, dia hanya tampak termangu, diam tak bersuara.
"Ini mimpi masa kecil yang menjadi kenyataan," ujarnya kepada TV Globo dari Brazil.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H