APALAH arti sepak bola jika tidak dimainkan dengan kegembiraan? Itulah keyakinan anak-anak Brazil dalam bermain sepak bola. Itu pula yang mereka lakukan ketika menaklukkan Serbia 2-0 pada penyisihan Grup G di Stadion Lusail Iconic, Doha, Qatar, Â Jumat (25/11/2022) dinihari WIB. Kegembiraanlah yang membuat striker mereka Richarlison mencetak brace dan salah satunya dengan tendangan akrobatik sembari bersalto.
Nama Richarlison memang belum sementereng Neymar (PSG) atau Rodrygo dan Vinicius Jr (Real Madrid). Apalagi jika dibandingkan para seniornya Pele, Garincha, Romario, Ronaldo, Kaka, Ronaldinho dan nama-nama lainnya. Tetapi apalah arti sebuah nama, meski menyebut sekuntum mawar dengan nama lain wanginya akan tetap semerbak demikian kata-kata Juliet ketika merindukan kekasihnya Romeo dalam drama penuh tragedi Romeo and Juliet maha karya Shakespeare.
Dan tragedi hampir merenggut impian Richarlison bermain di Piala Dunia (PD) 2022. Ketika melawan Everton bekas klubnya dalam lanjutan Liga Inggris pada 15 Oktober 2022 ia mengalami cedera betis parah. Usai pertandingan itu ia terlihat berjalan memakai kruk. Padahal Piala Dunia tersisa sebulan lagi akan digelar.
"Saya hancur. Saya sangat dekat dengan realisasi mimpi saya. Terakhir kali saya mengalami cedera ini, saya absen selama dua bulan," ujarnya putus asa, seperti dikutip Kompas.com dari BolaSport AS. Harapannya untuk masuk ke dalam tim yang dibawa pelatih Tite ke Qatar sangat tipis. Sebab untuk posisi penyerang sepertinya, Brazil tak pernah kekurangan pemain. Â
Namun Tite tetap memasukkan nama Richarlison. Dia yakin strikernya ini  akan pulih meskipun belum seratus persen saat PD akan digelar. "Dia seperti bisa mencium aroma bola akan datang dari sisi mana. Instingnya sebagai pembunuh di depan gawang lawan sangat tajam. Tim sangat perlu tenaganya," kata Tite memberi alasan.Â
 "Saya benar-benar gugup," kata Richarlison ketika mendengar namanya tetap disertakan oleh sang pelatih.
 "Piala Dunia adalah mimpi dari mimpi. Saya sangat takut," ungkapnya lagi.
Bermain bola membela nama baik negara adalah tujuan paling tinggi setiap pemain Brazil. Semahal apapun nilai transfer mereka, jika belum membela timnas terasa tak ada artinya.
"Membela Timnas tak bisa diukur dengan uang sebanyak apapun. Membela Timnas adalah impian semua pemain dan menjadi sebuah kebanggaan yang akan dikenang bahkan ketika kita sudah meninggal dunia. Bahkan kalau tangan atau kaki saya patah dan hanya disuruh duduk di bangku cadangan oleh pelatih, akan saya lakukan," kata legenda hidup Brazil, Pele, yang telah mempersembahkan tiga trofi Piala Dunia untuk negaranya Brazil, 1958, 1962 dan 1970.
Seperti kebanyakan pemain Brazil yang lain, Richarlison lahir dari keluarga sangat miskin di kota Nova Venecia pada 10 Mei 1997. Kota ini terkenal sebagai kota yang "gelap" karena penuh dengan pengedar narkoba, lokalisasi dan tembak-menembak antar geng. Menurut Richarlison, seperti dilansir BolaSport AS, tidak sedikit teman masa kecilnya yang terjerumus ke dalam dunia gelap peredaran narkoba. Ketika kecil, kata dia, kepalanya bahkan pernah ditodong sebuah pistol karena dituduh merupakan anggota geng dan telah mencuri sesuatu.
Perjalanan kariernya pun tidak mulus. Ia pernah ditolak banyak klub lokal Brazil meskipun badannya atletis dan tinggi. Ketika akhirnya bisa bergabung dengan klub America MG di Belo Horizonte, Brazil, dia harus mempertaruhkan seluruh uangnya untuk mengikuti seleksi. Dan jika tidak berhasil, dia tidak akan bisa pulang.