Mohon tunggu...
Alex Japalatu
Alex Japalatu Mohon Tunggu... Penulis - Jurnalis

Suka kopi, musik, film dan jalan-jalan. Senang menulis tentang kebiasaan sehari-hari warga di berbagai pelosok Indonesia yang didatangi.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Mati Ketawa Keliling Indonesia

1 November 2022   14:03 Diperbarui: 1 November 2022   14:11 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku "Keliling Indonesia" (Sumber: Gramedia Digital) 

"Saya datang ke redaksi. Pinjam mesin ketik lalu tak..tak..tak...Jadilah sebuah features yang menarik," ujarnya. Seperti biasa, Gerson minta honor dibayar di depan. Honor ini ia pakai untuk transport dan makan dalam perjalanan.

Saat Sukmawati Soekarno Putri menikah 1970, dunia ingin tahu bagaimana keadaan Bung Karno yang sudah setahun menjadi tahanan rumah. Wartawan dari dalam dan luar negeri penuh di depan rumah Ibu Fatmawati. Semua tidak boleh masuk. Bahkan Guntur menemui kesulitan. Kameranya direbut tentara berpakaian sipil. Gerson mendekat.

"Tidak boleh masuk!" bentak tentara, seperti dikisahkan Gerson.

Tetapi otak nakal Gerson bekerja. "Saya lihat ada dua penghulu yang masuk lewat gang belakang. Petugas tidak mengantar, hanya melambai menunjuk gang. Saya pura-pura saja menjadi intel yang antar mereka masuk ke dalam, he-he-he," Gerson menyeringai.

Ia berhasil masuk. Gerson melihat semua yang ada di dalam. Mulai dari ibu-ibu yang mencabuti bulu ayam hingga ranjang pengantin. "Saya lihat Bung Karno sedang naik tangga di pintu depan. Dua lututnya gemetar. Dia kelihatan gemuk sekali." Memang, ketika itu Bung Karno sedang menderita sakit ginjal yang akut. Tetapi tak boleh diobati. 

Menurut dr. Mahar Mardjono (1923-2002), Ketua Tim Dokter Kepresidenan pada zaman itu, ia hanya menyuntikkan obat anti nyeri kepada Soekarno karena obat jenis lain dilarang dimasukkan ke Istana.

Buku
Buku "Keliling Indonesia" (Sumber: Gramedia Digital) 
Sejam kemudian ia "ditelikung" keluar oleh intel beneran. Kawan-kawan wartawannya bersorak-sorak. Beberapa wartawan asing meneriaki Gerson, "I pay you, I pay you." Maksudnya, mereka mau membayar berita Gerson.

Lain waktu, setelah kembali mengikuti International Creative Writing Program di Universitas Iowa, Iowa City, AS, (1971-1972), Gerson melancong ke Timor Portugis. Kala itu, kata Gerson, Timor-Timur sedang bergolak soal berintegrasi ke Indonesia atau tidak. Tak ada wartawan yang bisa masuk sampai Dili. Semua terkena embargo di Kupang.

"Tetapi saya sudah patantang-petenteng selama tiga bulan di sana, dari Dili hingga Leutem," kata Gerson.

Ia menumpang truk dari Atambua. Sisa dollar dalam kantong ia pakai sewa mobil dan penginapan di Dili. Sopirnya seorang pemuda yang tidak bisa berbahasa Indonesia. 

Dalam buku ini Gerson bercerita panjang mulai soal kopi hingga nona-nona keturunan Porto yang cantik (hal. 90-108). Ia berkisah tentang Ramos Horta yang masih muda dengan pacarnya yang cantik. 

Gerson bercerita tentang truk yang disewa Signor Martinez, pedagang kopi, yang perjalanannya dikawal dua tentara muda Portugis. Ia berkisah tentang penduduk Timor Potugis yang apatis dan miskin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun