Kuncinya pada pengalaman pilot. Meskipun demikian, beberapa pilot senior yang telah puluhan tahun terbang di balik-balik gunung di Papua, tewas karena pesawatnya menabrak gunung.
"Kalau saya rasa mulai pening, atau mata berkunang-kunang, saya segera turunkan ketinggian. Biasanya itu karena oksigennya sudah sangat tipis. Ini yang ditakuti oleh pilot yang lain. Karena bisa kehilangan kesadaran. Tiba-tiba saja pesawat sudah di depan gunung dan tidak bisa menghindar," kata Jeff Ron.
Dengan kecepatan minimal 100 knot (sekitar 200 km/jam), menghindari suatu obyek dilakukan minimal dari jarak seribu meter.
Cuaca bisa berubah drastis. Â "Kalau saya ke sana, paling lama hanya 10 menit di darat. Lalu harus segera keluar. Tetapi kalau kabut tutup sama sekali, pilihannya nginap," kata Jeff Ron. Sebab itu setiap kali terbang ia selalu menyiapkan pakaian dan logistik untuk dua hari. Di Papua terdapat 362 bandara perintis, dan lebih dari 200 di antaranya belum punya penjaga.
"Sekarang faktor keamanan juga menjadi persoalan. Karena pesawat bisa ditembak dari bawah atau saat berada di bandara," kata dia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H