Tak ada aturan khusus, kecuali tidak boleh menendang dan menyikut. Wasitnya adalah orang banyak yang menonton. Tak ada dendam usai ptu'kung, sebab dianggap sebagai bagian dari kegembiraan bersama. Juga tak ada pemenang. Kecuali ada yang berdarah terkena tinju. Atau patah tulang tangannya. Atau terjatuh pingsan karena ulu hatinya ditonjok keras.Â
Para ksatria seperti Yingo Tena yang saya sebutkan di atas menjadi masyhur karena mereka membuat lawannya berdarah, pingsan atau patah tulang. Sementara mereka sendiri tak ada bengkak sedikit pun di wajah dan badannya. Seperti masa muda Julio Cesar Chaves, petinju besar Mexico itu.
ÂKetika ptu'kung sudah mulai memanas, yakni dua belah pihak saling mengejek, atau saat belasan orang di sisi tali yang lain berbaris minta lawan, Yingo Tena menyerbu seorang diri melawan mereka. Bertarung gagah berani.
Jauh hari setelah itu, saya menilai bahwa ptu'kung menjadi salah satu cara masyarakat Kodi menyalurkan sikap agresif mereka dengan benar. Juga dalam atraksi Pasola yang mendunia saat ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H