Mohon tunggu...
Alex Japalatu
Alex Japalatu Mohon Tunggu... Penulis - Jurnalis

Suka kopi, musik, film dan jalan-jalan. Senang menulis tentang kebiasaan sehari-hari warga di berbagai pelosok Indonesia yang didatangi.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Situs Perang Kodi 1911-1913: Gua Rambe Manu

22 Oktober 2022   22:37 Diperbarui: 17 November 2022   13:31 1481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penulis mendaki untuk mencapai mulut Gua Rambe Manu (Dokpri) 

Sebab Carolus Rangga Tabu, yang selalu saya panggil Bapa Nita, sudah sejak awal menemani saya ke mana-mana selama berkeliling di Kodi, maka lengkaplah kami yang berkerabat yang menuju ke sana. Bapa Nita adalah adik kandung Inya Tamo. Berarti paman Lisa dan Wily.

Demikianlah, kami tiba di Kampung Kabappa, di mana situs ini masuk ke wilayahnya. Di sana ada empat rumah. Semua warganya masih memiliki pertalian darah dengan Daniel Ndara Kaka. Ah, dunia yang kecil!

Gua Rambe Manu ditata oleh Wona Kaka sebagai benteng pertahanan. Medannya yang curam sangat pas untuk menghadang musuh. Batu-batu sebesar kerbau menjadi senjata andalan. Demikian pula potongan-potongan kayu sepelukan orang dewasa yang digantung dengan tali di depan pintu gua. 

Begitu musuh mendaki mendekati mulut gua, senjata-senjata ini tinggal didorong, menggelinding menimpa siapa saja. Bayangkan saja longsoran batu dan kayu menerpa manusia.

Usai bersiap, Wona Kaka mengirim Pati Karaka menuju Rada Kapal, di sekitar muara Pero di Bondo Kodi. Rada Kapal menjadi tempat tentara Belanda membangun tangsi. Sebab di belakangnya adalah pantai yang langsung terhubung dengan Lautan Hindia.

Bagian depan Gua Rambe Manu. Wily mengenakan jaket merah (dokpri) 
Bagian depan Gua Rambe Manu. Wily mengenakan jaket merah (dokpri) 

Tetapi Pati Karaka tak bisa berbahasa Melayu. Ia minta bantuan Rato Ndima Kodi, seorang keturunan Jawa yang telah lama menetap di Kodi. Rato Ndima Kodi adalah seorang pedagang, keturunan bekas tentara Majapahit yang kala itu datang menaklukkan Sumba dari Bima.

 Tapi sang Rato hanya berani mengantarnya ke dekat tangsi Belanda. Dari luar tangsi Pati Karaka berteriak: "Wona Kaka siap bertempur di Rambe Manu!"

Tentara Belanda menertawainya. Tapi Letnan Brendsen, komandan tentara Belanda menanggapinya serius. Sebab Wona Kaka pernah mempecundanginya beberapa kali.

Buku Sejarah Perang Kodi, terbit pada November 2021 (Dokpri)
Buku Sejarah Perang Kodi, terbit pada November 2021 (Dokpri)

Menanggapi tantangan itu, keesokan harinya pasukan Belanda menuju Rambe Manu. Perlu waktu setengah hari bagi mereka menuju Rambe Manu. Sebab jaraknya dari Rada Kapal sekitar 20 km. 

Begitu pasukan Belanda sampai di Labba Paddu, sekitar 3 kilometer dari Rambe Manu, Wona Kaka dan pasukan telah bersiaga penuh. Dalam hitungan satu jam pasukan Belanda akan tiba.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun