Mohon tunggu...
Alex Japalatu
Alex Japalatu Mohon Tunggu... Penulis - Jurnalis

Suka kopi, musik, film dan jalan-jalan. Senang menulis tentang kebiasaan sehari-hari warga di berbagai pelosok Indonesia yang didatangi.

Selanjutnya

Tutup

Book

Negosiasi Upacara Bendera "Brigjen" Telenggen

18 Oktober 2022   17:51 Diperbarui: 18 Oktober 2022   17:54 424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cover buku "Beta Papua" (Dokpri) 

"Saya ini pejabat negara. Protapnya saya harus dikawal. Lagipula mereka tidak bersenjata," jawab Chris.

"Kami hanya mau ko sendiri yang naik ke atas. Dua orang ini tinggal di sini," lanjut mereka. Chris mengalah. Dia bilang kepada dua ajudannya agar menunggu.  Ia akan naik sendirian ke atas dikawal oleh mereka.

"Saya ulang lagi pesan saya kepada ajudan. Kalau dua jam saya belum pulang, silakan serbu," kata Chris. 

Berjalan kaki sekitar 45 menit, mereka tiba di "markas" Barnabas Telenggen. Chris memperkirakan mereka sudah berada di sana antara 2-3 hari. Ranting pohon yang dijadikan atap honai sudah layu. Ada tumpukan kayu bakar. Jumlah mereka tak lebih dari 20 orang.  Chris menyapa dalam bahasa Lani. Beberapa orang datang mengulurkan  jari tangan. Chris mesti memasukkan jari telunjuknya yang dilipat di antara jari mereka, lalu ditarik dan berbunyi "klak". Salam khas Pegunungan Tengah.

"Mana Barnabas Telenggen? Dia mau negosiasi apa dengan pemerintah Indonesia?" tanya Chris. 

"Jenderal tidak bisa ketemu orang sembarangan. Dia utus kami untuk sampaikan maksudnya," jawab salah satu dari mereka.

"Saya pimpinan di daerah ini. Jadi, saya hanya mau ketemu Barnabas. Kalau dalam waktu dua jam saya belum kembali, kalian akan diserbu," desak Chris. Chris minta mereka mengarahkan teropong ke SD Unggulan untuk membuktikan dia tidak sedang menggertak.

Sebenarnya regu brimob dan kelompok bersenjata sudah saling intai sejak awal. Kelompok ini sudah melihat satu regu brimob bersenjata lengkap dalam posisi siap serbu ke arah gunung. 

Utusan Barnabas muncul. "Kami besok mo upacara bendera. Seluruh kelompok di Pegunungan Tengah akan ikut. Kami minta lapangan bola di dekat SD dikosongkan karena kami mo pake," kata utusan itu.

Chris terkesiap. Lapangan bola itu dekat dengan jalan raya dan permukiman warga. Kalau sampai kelompok ini diizinkan apel bendera di sana, baku tembak dengan TNI dan polisi tidak bisa dielakkan.  

"Tidak bisa! Itu daerah terbuka. Kegiatan warga akan terganggu. Dan Pemerintah Republik Indonesia tidak akan izinkan kelompok mana pun yang berseberangan memakai fasilitas umum untuk upacara. Kalau lapangan dipakai upacara, kita akan kontak senjata," sergah Chris.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun