(2) Perhatikan perlakuan-perlakuan terhadap anak yang mungkin tampak sepele namun dapat memengaruhinya kelak. Maka kami bersuara keras soal perundungan di sekolah dan asrama.
(3) Menjalin komunikasi yang setara antara orang tua dan anak, agar ia bisa mengeluarkan isi hatinya. Di sini menemani anak menjadi mutlak.Â
(4) Dan jika memang diperlukan, wajib datang ke psikiater agar mendapatkan penanganan medis yang baik.
Bagaimana setelah setahun yang melelahkan itu? Ia lulus dengan IP 3,9. Beberapa bulan setelah lulus ia menolak beberapa pekerjaan yang tak sesuai dengan minatnya (atas rekomendasi kakak angkatannya) dan memilih sebagai seorang junior analis bisnis pada perusahaan pengembangan. Ia juga kini secara sukarela mau mendampingi kawan-kawannya yang mengalami hal serupa, entah itu melalui online maupun bertatap muka.
Sebagai orang tua kami lega. Tapi tugas belum selesai, sampai mereka benar-benar mandiri!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H