Mohon tunggu...
Alex Japalatu
Alex Japalatu Mohon Tunggu... Penulis - Jurnalis

Suka kopi, musik, film dan jalan-jalan. Senang menulis tentang kebiasaan sehari-hari warga di berbagai pelosok Indonesia yang didatangi.

Selanjutnya

Tutup

Book Artikel Utama

Outliers, Fenomena yang Menyimpang dari Kebiasaan

4 September 2022   09:19 Diperbarui: 9 September 2022   17:19 628
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Warga suku Polahi di Gorontalo (Sumber:Kompas.com) 

Meskipun sama-sama menulis tentang meraih impian atau kesuksesan, Outliers tampil lain. Ia berbeda (misalnya) dari 7 Habits of Highly Effective People karya Stephen Covey atau buku-bukunya Dale Carnegie atau The Success Principles-nya Jack Canfield.

Jika tiga orang ini memberi tips bagaimana menggapai impian, Gladwell menulis tentang faktor yang membuat seseorang bisa meraih sukses. Atau sebaliknya mengapa mereka justru gagal.

Buku
Buku "Outliers" (sumber: Gramedia Pustaka Utama) 

Dia kasih contoh: pada tahun 1950-an sakit jantung menjadi penyebab utama kematian pria berusia di bawah 65 tahun di Amerika karena pola makan mereka yang tidak sehat. Tetapi di sebuah daerah bernama Roseto di Pennsylvania, tidak ada orang yang terkena penyakit jantung. Kalau pun ada yang meninggal, karena alasan lain; kecelakaan atau karena tua.

Bukan karena pola makan orang-orang Roseto yang baik, yang lebih banyak serat dan rendah lemak. Bukan pula karena mereka gemar berolahraga. Teliti punya teliti, orang Roseto juga makan lemak babi, minum alkohol, perokok berat, seperti warga AS pada umumnya.

Dus, apa yang menghindarkan mereka dari sakit jantung? Karena outliers terjadi!

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa kehidupan sosial merekalah yang membuatnya tidak terkena penyakit jantung. Memang, orang-orang Roseto kerap saling berkunjung, saling bantu dan saling menghormati satu sama lainnya. Mereka tidak gampang stres.

Outliers menyuguhkan banyak kejutan, sebab ia bertentangan dengan banyak hal yang selama ini kita yakini. Barangkali faktor ini juga terjadi pada Suku Polahi di Gorontalo.

Misalnya, setiap orang tua akan memberi anak-anaknya makanan yang bergizi agar IQ-nya tinggi. Juga dipilihkan sekolah yang favorit. 

Selain itu masih diberi les sana-sini. Semua ini dilakukan dengan harapan agar anak-anaknya cerdas. Bahkan kalau bisa melampaui teman-temannya. 

Sebab ada asumsi, anak-anak yang kecerdasannya di atas rata-rata akan lebih mudah mendapatkan impian mereka, ketimbang anak-anak yang IQ-nya rendah.

Tetapi kita terperangah karena bahkan seseorang yang tingkat kecerdasaanya melampaui Albert Einstein justru jadi kuli untuk menyambung hidupnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun