Keluhan soal fasilitas kereta ekonomi premium yang dinilai tidak sesuai dengan harga tiketnya kembali mengemuka akhir-akhir ini. Beberapa keluhan dapat dibaca seperti dilansir Kompas.com.Â
Saya pernah menulis tentang Ignatius Jonan ketika ia masih sebagai Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (KAI) setelah "musim" Lebaran 2014, sebelum diangkat sebagai Menteri Perhubungan pada bulan Oktober di tahun yang sama.
Ignasius Jonan memelopori pelayanan angkutan KAI yang nyaman di Indonesia. Tidak tampak lagi antrean mengular pembeli karcis. Tidak ada lagi teriakan histeris penumpang yang tergencet. Tidak ada lagi anak kecil yang dipaksa masuk kereta api lewat celah-celah kaca jendela. Kalau kereta jadi senyaman hari ini, kenanglah orang ini!
=000=
Masih ingat foto Direktur Utama PT KAI (Kereta Api Indonesia) Ignasius Jonan tertidur meringkuk dalam kereta api ekonomi jurusan Malang-Surabaya pada musim lebaran tahun 2014? Itu bukan foto rekayasa. Jonan benar-benar kelelahan setelah memantau mudik dari Stasiun Sidoarjo, Madiun, Gubeng, Pasar Turi, Bangil dan Malang.
 Adalah pengamat kebijakan publik, Agus Pambagio yang mengabadikan peristiwa itu. Agus bercerita, pada tanggal 31 Juli 2014 malam, dia dan Jonan sudah menyelesaikan inspeksi di Stasiun Malang. Mereka sebenarnya sangat lelah.Â
Jonan sendiri sudah 10 hari belum pulang ke rumah sejak 20 Juli. Tetapi tugas belum selesai. Jonan harus segera kembali ke Surabaya untuk rapat dengan staf dan karyawan KAI di sana. Jadilah mereka berangkat dengan karyawan lainnya ke Surabaya naik Kereta Ekonomi Penataran.
Selama perjalanan, kata Agus, Â Jonan berkeliling memantau kondisi penumpang di setiap gerbong. Usai inspeksi di dalam kereta, dia kemudian duduk sendiri menghadap anak buahnya yang duduk di bangku di depannya.
Sementara Agus duduk di seberang.
"Sekitar jam 9 malam kami sudah teler, kecapaian. Sampai Pasar Turi sekitar jam setengah 12. Kemudian rapat sampai jam setengah dua pagi," ujar Agus.