Mohon tunggu...
Alex Japalatu
Alex Japalatu Mohon Tunggu... Penulis - Jurnalis

Suka kopi, musik, film dan jalan-jalan. Senang menulis tentang kebiasaan sehari-hari warga di berbagai pelosok Indonesia yang didatangi.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

HIV-AIDS, Tantangan Hidup Sehari-Hari di Pegunungan Tengah Papua

22 Agustus 2022   06:23 Diperbarui: 23 Agustus 2022   03:57 728
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi virus HIV. Sumber: Shutterstock via Kompas.com

Sementara itu, di sisi lain,  WVI yang sudah berada di Wamena sejak tahun 1980, telah menjalankan kampanye pencegahan penularan HIV-AIDS ke sekolah dan gereja-gereja. Mereka merekrut remaja sebagai Sahabat Sumber Informasi (SSI) yang menjadi peer educator, mengajar tentang bahaya HIV-AIDS kepada teman sebayanya.

WVI juga berkampanye lewat radio Voice Baliem Children tentang hal itu.

"Kami rekrut remaja sebagai Sahabat Sumber Informasi," kata Sonya Tadoe, koordinator kesehatan WVI ADP Eruwok. Sonya mengatakan, kalau anak-anak di daerah lain mengenal HIV-AIDS lewat pelajaran di sekolah, remaja di Pegunungan Tengah Papua mengenalnya lewat kehidupan mereka sehari-hari.

Perempuan asal NTT ini telah empat tahun berada di Lanny Jaya. Ia mengaku terkaget-kaget ketika pertama kali mendengar cerita tentang usia pelaku seks bebas dan tingginya penyebaran HIV-AIDS di kalangan anak muda dan remaja.

"Angka pengidap HIV positif paling tinggi di Lanny Jaya adalah usia 10-24 tahun. Ada yang masih SD," kata Sonya mashgul.   "Mereka tertular lewat berhubungan seks," ujar Sonya lagi.

Untuk memastikan hal ini, saya melakukan konfirmasi kepada dokter Anti.

"Betul usia 10-24 pada anak perempuan. Sangat mengagetkan bahwa yang di bawah  15 tahun bisa terkena HIV. Saya tidak membayangkan pada usia berapa dia mulai aktif berhubungan?" ujarnya. Sementara anak laki-laki yang terpapar virus ini antara usia 20-24 tahun.

Menurut Sonya, sebagian dari  remaja Pegunungan Tengah, rentan berhubungan seks sejak SD atau SMP setelah mereka mulai tertarik dengan lawan jenis dan berpacaran. Apalagi video porno yang beredar lewat telepon seluler, kian marak.

"Suatu kali kami bikin penyuluhan HIV-AIDS. Pesertanya anak-anak SD kelas lima dan enam, SMP dan SMA. Terus dalam acara itu kita tanya secara spontan, siapa di antara mereka yang sudah pernah berhubungan seks? Beberapa langsung angkat tangan. Yang bikin shock itu adalah masih ada yang kelas 5 SD dan beberapa SMP. Saya sampai menangis," kata Sonya.

 Bukan sekali ini saja Sonya mendapati kenyataan bahwa anak-anak dan remaja  di Pegunungan Tengah telah sering berhubungan seks. Kerap dalam percakapan dengan mereka, beberapa anak melaporkan bahwa temannya sudah pernah berhubungan seks.

"Saya percaya karena antar sesama teman mereka lebih terbuka. Lagipula itu menjadi kebanggaan tersendiri buat mereka. Pamer," kata Sonya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun