Kalau yang pertama (barangkali) karena pendapatannya  yang lebih kecil ketimbang profesi yang lain seperti dokter atau pilot (bayangkan profesi bermusik atau memasak yang  tidak menjadi pilihan utama para orangtua untuk anak-anaknya zaman dahulu), yang kedua karena orang termakan oleh cara berpikir "keliru" yang berkembang dalam masyarakat, bahwa hanya orang-orang besar, berpangkat, yang memegang jabatan ini-itu, yang layak menuliskan kisah hidup mereka. Padahal, siapapun dia, bisa menuliskan kisah hidupnya.
Setidaknya seperti kata FWH: "...mungkin ini ada manfaatnya buat anak-cucu sebagai generasi penerus dan siapa tahu buat orang lain juga. Kononlah  tiap orang itu unik. Paling tidak berbagi keunikan."Â
Tetapi bagi saya FWH ini tokoh. Bukan saja karena ia wartawan pertama dari Pulau Sumba, tetapi karena apa yang ia lakukan lewat profesinya itu telah menginspirasi anak-anak muda di Sumba, setidaknya saya, untuk memilih profesi sebagai wartawan. Lewat kisah hidupnya ini saya seperti sedang mendengar FWH berkata-kata: "Meskipun profesi wartawan  tidak memberimu kelimpahan materi, tetapi yakinlah saat engkau bisa menolong seseorang yang diperlakukan tidak adil, engkau akan mendapatkan kepuasaan batin yang luar biasa." Dan FWH tidak hanya membantu satu-dua orang lewat profesinya, tetapi ratusan orang. Di sini pers kelihatan fungsinya, sebagai alat kontrol.
Waktu saya datang ke rumah pada Juni itu, dan mendengar FWH bercerita tentang kisahnya, serta-merta saya seperti melihat sosok Santiago dalam dirinya: Kebersahajaan, kesabaran, kekuatan hati dan semangat pantang menyerah.Â
Pada bagian akhir kisah Hemingway itu, Santiago tidak mendapatkan tepuk tangan atas keberhasilannya memancing ikan marlin raksasa. Tetapi lewat tokoh Santiago, Hemingway hendak memberi arti baru atas ke-pahlawan-an. Bahwa pahlawan bukan hanya mereka yang gugur dalam pertempuran demi mempertahankan tanah airnya seperti jamak dipahami selama ini,  tetapi pahlawan adalah juga mereka  yang berhasil mengatasi penderitaanya dengan kekuatan hati  dan semangat pantang menyerah.
Saya menemukan sikap ini pada pribadi FWH!
  Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H