Â
Tetapi di gerbang Gereja Hati Kudus Banda Aceh dua tentara penjaga malam memelototi saya. Mereka sebenarnya berjaga di pos provost Makodam. Jarak kedua tempat ini hanya 5 meter.
 Â
"Mau ke mana, Pak?" seseorang bertanya.
Saya mendatangi mereka. Kami bersalaman. Saya mengatakan kalau menginap di pastoran.
"Asli mana,Pak?" yang tadi bertanya lagi.
"Jakarta," jawab saya.
"Apanya Pastor Herman?" kali ini temannya yang bertanya.
"Kawan sekolah waktu SD," jawab saya sekenanya.
Saya menawarkan rokok. Masing-masing mencabut sebatang. Kretek tanpa filter.
"Sekarang Aceh aman, Pak," kata yang badannya lebih tinggi, Saksono, orang Magetan, Jawa Timur. "Mau pulang jam berapa saja tidak jadi soal. Kalau dulu salah-salah kita jadi sasaran peluru," terang dia.