***
Untuk makan sehari-hari mereka membeli less, ampas gandum yang sudah diambil sarinya untuk bahan arak. Lee kebagian tugas membeli less. Â Mereka makan ampas ini dua kali sehari.
Sebab masih mengandung sedikit alkohol, Lee kerap dianggap mabuk oleh beberapa gurunya di sekolah. Mulutnya bau alkohol. Pipi dan hidungnya merah. Jalannya sempoyongan.
"Pengalaman ini sangat membekas dalam benak saya," tulis Lee.
Ada pengalaman lain soal makan siang di sekolah. Rata-rata temannya membawa bekal dari rumah. Tetapi Lee berlari keluar kelas menuju pompa air. Ia minum sebanyak-banyaknya sampai perutnya kembung.
"Saya jadi tahu berapa banyak pun kita minum, air tidak pernah membuat kenyang," kata Lee tersenyum kecut.
 Saat  bayar SPP, Lee disuruh pulang oleh gurunya dengan harapan saat  kembali akan membawa uang sekolah. Tetapi ia tidak pulang ke rumah. Ia berjalan keliling dan naik ke bukit di belakang sekolahnya. Ia tinggal di sana selama beberapa waktu, lalu kembali dan menyampaikan kepada gurunya bahwa ayahnya belum punya uang. Ia minta dispensasi.
"Saya tahu persis kalau kembali ke rumah tak ada uang yang saya bawa pulang," ujarnya. Di sekolah, Lee satu-satunya yang setiap hari memakai seragam sekolah. Sebab hanya itu pakaian yang ia punyai.
***
Masuk SMP Lee mesti berjalan kaki 4 jam setiap hari. Karena lelah dan malnutrisi, di kelas 8 ia sakit keras selama 3 bulan. Tidak ada biaya ke rumah sakit. Ia hampir meninggal.
"Kalau saya sembuh, ini karena mukjizat. Di sini peran ibu saya sangat kuat. Ia menyuapi saya setiap hari dan berdoa untuk saya," kata Lee tentang ibundanya.