Mohon tunggu...
Alex Japalatu
Alex Japalatu Mohon Tunggu... Penulis - Jurnalis

Suka kopi, musik, film dan jalan-jalan. Senang menulis tentang kebiasaan sehari-hari warga di berbagai pelosok Indonesia yang didatangi.

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Carlos Ghosn: Pelarian 15 Juta Dollar (2-Habis)

4 Agustus 2022   06:58 Diperbarui: 4 Agustus 2022   06:59 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Carlos Ghosn (Arlene Awaad)

Apa yang tidak bisa dibeli oleh uang? Mungkin hanya surga.

Demikian terjadi dalam kasus pelarian Carlos Ghosn. Bos besar Nissan Motor, Jepang. Melibatkan uang sangat besar!

***

Sebenarnya Jepang tidak mengenal sistem tahanan rumah. Penjahat, atau yang dituduh berbuat jahat, wajib ditahan dalam penjara.

Mereka juga tak mengenal sistem jaminan.

Maksudnya, seseorang tak bisa menjaminkan sejumlah uang untuk terhindar dari tahanan fisik.

Tapi entah mengapa, tak berlaku bagi Ghosn. Ia bisa cabut dari penjara.

Setelah ditahan 108 hari. Ghosn menjadi tahanan rumah. Dengan jaminan 14 juta dolar AS. Setara dengan Rp 192 miliar. Jumlah yang fantastis.

Entah pengacaranya yang lihai, atau pemerintah Jepang yang jumawa, "tak mungkin ia lari dengan meninggalkan uang jaminan sebesar itu", ia boleh menjadi tahanan rumah. Sambil menunggu jadwal sidang pada April 2020. Sebab itu ia dijaga ketat. Dengan CCTV di sekujur rumah.

Ketiga paspor Ghosn pun,  yakni paspor Prancis, Brazil dan Lebanon, ditahan. Wajib disimpan oleh pengacaranya. Sebagai salah satu syarat "bebas dengan jaminan" dari pengadilan. Tapi rupanya Ghosn masih punya paspor Prancis kedua. Itu yang ia pakai sebagai KTP.

***

Pelarian Ghosn melibatkan kereta super cepat shinkanzen, jet pribadi dan kotak box.

Skenario sudah dirancang jauh-jauh hari. Secara matang. Dengan sempurna. Tentu saja, sekali lagi, melibatkan uang dalam jumlah besar.

Kantor berita AFP coba merangkai puzzle pelarian itu:

Berdasarkan rekaman kamera keamanan, Ghosn keluar dari kediamannya di Tokyo, di rumah yang dijaga ketat itu, pada 29 Desember 2019.

Ia menuju salah satu hotel di Tokyo. Ketemu dua orang warga AS. Mereka bertiga naik kereta cepat shinkansen. Dari Shinagawa ke Osaka. Di barat Jepang. Selama tiga jam.

Dekat Kansai International Airport ada hotel lain. Transit di sana. Ditengarai Ghosn di-packing di sini. Benar di-packing, sebab ia dimasukkan ke dadam kotak kayu.

Box yang dipakai biasanya untuk muat peralatan musik atau audio. Ghosn dibaringkan di dasar box. Yang sudah dilubangi. Supaya masih bisa bernafas.

Kamera keamanan memperlihatkan dua orang AS itu meninggalkan hotel. Sembari mendorong 'dua kotak besar'.  Kemungkinan salah satunya berisi Ghosn.

Kedua box  akan dimuat dalam jet pribadi. Sebab itu, masuk bandara lewat jalur VVIP. Di mana-mana, jalur ini bisa dilewati tanpa pemeriksaan terlebih dahulu. Apalagi jika disertai "pelicin". Demikian kedua box itu. 

Buat jaga-jaga, ukuran keduanya sengaja dirancang agar tak muat pada mesin X-ray bandara. Siapa tahu diminta melewati X-ray. Tapi nyatanya, tidak.

Begitu masuk, kedua box langsung dimuat ke dalam pesawat jet pribadi jenis Bombardier TC-TSR.  Yang sudah  parkir di sana. Entah jet sewaan atau milik Ghosn pribadi.

Mengapa Bandara Osaka? Karena mereka menemukan ada 'blind spot" di Osaka. Setelah 10 bandara yang lain dipelajari.

Ghosn mengangkasa ke Istanbul Turki.

Pukul 05.15 waktu setempat, pada 30 Desember 2019, Bombardier-nya mendarat.

Di Istanbul kedua kotak itu hanya "transit" 45 menit. Sebelum dimasukkan ke jet pribadi yang lain. Dan terbang ke Beirut.

***

Rabu, (8/1/2020) Ghosn tampil ke publik. Ia bicara dalam konferensi pers selama 2,5 jam. Membantah semua tuduhan yang disampaikan kepadanya. Ia menolak tuduhan bahwa memakai uang perusahaan untuk keuntungan pribadi.

Sebaliknya Ghosn menuding jaksa penuntut Jepang, pejabat pemerintah dan eksekutif Nissan Motor berkonspirasi  mau menjatuhkannya.

Agar rencananya mengawinkan Nissan-Mitsubishi-Renault tidak terwujud. Bahkan menurutnya, pihak Jepang kembali mengungkit kepemilikan saham Renault di Nissan yang 36 persen. Sementara kepemilikan saham Nissan di Renault hanya 15 persen.

Mau dibilang apa? Ghosn terbukti sudah menyelamatkan Nissan dari kebangkrutan. Bahkan membuatnya menjadi perusahaan otomotif dengan angka penjualan terbesar kedua, mengungguli Honda. Nissan hanya belum menang saja melawan Toyota.

Kini Interpol sudah mengeluarkan "red notice". Untuk mencari dan menangkap Ghosn.

Sialnya, Jepang tidak punya perjanjian ekstradisi dengan Lebanon. Pemerintah Lebanon justru seperti melindunginya. "Ghosn masuk secara legal ke negara kami," ujar mereka.

Jepang jelas merasa dipecundangi.  Dibikin malu oleh Ghosn. Sampai Menlu Jepang angkat suara segala. Minta Lebanon mengembalikan Ghosn kepada mereka.

Juga segala cara sedang diupayakan.

Bagi Ghosn sendiri, ini  "to be or not tobe". Hidup atau mati!

Ia sudah merogoh kocek sangat dalam. Tak kurang dari 15 juta dolar AS atau sekitar Rp 206 miliar untuk pelarian ini. Angka yang sungguh besar.

Kita tunggu saja babak berikutnya!

Sumber:

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun