Ia membangun sense of urgency.
Lekas saja Goshn mengajukan satu persyaratan. Ia yang membentuk "starting eleven". Tim inti. Dan punya kuasa penuh atasnya. Goshn ingin tim inti bekerja merumuskan semua rencana pemulihan. Dan memastikan dieksekusi.
"Untuk melakukan perubahan tidak perlu terlalu banyak orang. Yang penting adalah mendapatkan katalis yang tepat waktu, Â dan tempat yang tepat," ujarnya.
Ia memilih ahli yang cakap di bidangnya, bersikap terbuka,dapat membimbing dan bisa bekerja sebagai tim.  Salah satunya Greg Kelly. Goshn membuat Nissan Revival Plan (NRP)dengan strategi revitalisasi produk dan efisiensi habis-habisan. Termasuk menutup pabrik yang tidak produktif. Dan memangkas  jumlah pemasok serta dealers di Jepang.
Goshn menyebut lima hal yang membuat Nissan nyaris bangkrut yakni; pertama, tidak adanya target profit yang jelas. Kedua, tidak cukupnya perhatian ke konsumen, ketiga, kurangnya kegiatan lintas fungsi dalam organisasi. Keempat kurangnya sense of urgency dan kelima, tidak adanya visi dan strategi yang jelas.
Ia mengambil langkah-langkah penyelamatan dengan menekan biaya pembelian sebesar 20% dan mengurangi pemasok hingga tersisa separuhnya saja.  Ia juga memangkas 10% dari jumlah dealer yang ada dan menutup pabrik yang tidak efesien. Ia berani merumahkan 21 ribu karyawan dalam kurun waktu  3 tahun.
Pada saat yang sama Goshn juga mengurangi dewan direksi dari 37 orang menjadi 10 orang saja. Ia menghapus sistem pemberian bonus kepada karyawan dengan sistem senioritas. Lebih gila lagi, ia menawarkan saham kepada para karyawannya.
Untuk pertama kalinya juga dalam rapat direksi dipergunakan bahsa Inggris.Selama ini, rapat selalu dalam bahasa Jepang.Â
Pesan Gosh sangat jelas, "Anggota direksi yang dimuliakan, kita sudah 10 tahun mengalami kemunduran. Di organisasi ada tempat untuk setiap orang yang ingin menyumbang pada peninggakatan Nissan, berapapun umurnya, jenis kelaminnya serta kebangsaannya."
Goshn juga mengedepankan transparansi. Maka dalam RUPS ia mengundang wartawan ikut dalam rapat, kebiasaan yang tidak mungkin terjadi dalam perusahaan Jepang.
Ini alasanya; "Sejak awal sebaiknya kita mengumumkan apa yang akan kita lakukan untuk meyakinkan persepsi masyarakat Jepang," ia berkata.