Ia membagi-bagi oraganisasi dalam unit-unit kecil. Yang ia sebut amoeba tadi. Unit ini diberi kebebasan untuk mengembangkan bagiannya masing-masing. Maka peran karyawan sangat sentral. Ada inisiatif. Ada pencapaian. Seperti berlomba-lomba antar unit. Yang unggul diberi penghargaan. Lahir para "pemimpin" baru dari sana.
Hasilnya segera terasa. Baru setahun di tangannya, JAL meraup keuntungan 186,6 miliar yen. Konsorsium kaget. Target mereka sebenarnya tidak muluk-muluk. Hanya dipatok 60 miliar yen. (Ingat ketika Ignatius Jonan menjadi Dirut KAI? Ia juga membalikan situasi minus  menjadi plus di perusahaan plat merah itu).
Bagaimana Kazuo bisa melakukan 'mukjizat' seperti itu?
Ketika Inamori menyelesaikan jabatannya sebagai CEO Â JAL pada 2016, perusahaan ini sudah sembuh. Sahamnya kembali melantai di bursa efek Jepang.
***
Dalam suatu wawancara saya dengan Ruddy Koesnadi, board chair Wahana Visi Indonesia (2016-2019), ia menggambarkan dengan sederhana bagaimana jalan berpikir Pak Kazuo. Ruddy seorang profesional di bidang keuangan. Mantan managing director di Ernst & Young. Pernah mengurus BPK Penabur. Pernah menangani Yayasan Ukrida. Dan menceburkan dirinya ke dalam berbagai kerja dan lembaga sosial.Â
Pak Ruddy mengacu pada buku A Passion for Success yang ditulis Kazuo untuk mengukur sukses pribadi seseorang: The result of your Life= Ability x Effort x Attitude.
Prinsip Kazuo kata Ruddy, perusahaan harus memiliki orang-orang yang prima. Yang dapat memberikan pelayanan berkualitas. Dengan sendirinya akan memberikan pertumbuhan dan keuntungan. Kalau bertumbuh dan menguntungkan, akan tersedia dana yang dapat digunakan kembali untuk meningkatkan kualitas orang, kualitas pelayanan. Begitu seterusnya. Intinya: People, Quality & Growth.
Aspek kemampuan (ability) meliputi kesehatan, bakat dan kekuatan bawaan. Aspek upaya  (effort) akan tergantung pada hasrat yang ada dalam diri seseorang.
Kazuo menurut Ruddy, memberi bobot terhadap "kemampuan" dan "upaya" dalam skala 0 sampai 100. Â Kalau dua bobot ini dikalikan, hasilnya bisa saja seseorang dengan kemampuan rata-rata, Â yang menyadari dan berupaya keras mengatasi kekurangannya, akan bisa mengungguli seseorang yang dianugerahi kemampuan tinggi tapi tidak mau berupaya cukup keras.Â