Kampung Bawomataluo atau "Bukit Matahari" dalam bahasa Indonesia, hanya 30 menit dari Pantai Lagundri. Jalannya menanjak. Barangkali karena mesti menapaki sekitar 90 anak tangga sebelum mendapati plaza yang "dipagari" puluhan rumah adat, kami seperti sedang naik untuk menggapai matahari.
Plaza itu beralaskan batu-batu yang disusun rapi. Persis di tengahnya ada rumah raja berusia sekitar 200 tahun yang ukurannya besar, yang ditopang "kaki-kaki" kayu bulat utuh berukuran besar-besar pula.
Tetapi sejak kami turun dari mobil beberapa orang telah menempel ketat, menawari atraksi loncat batu. Tentu saja berbayar, Rp 300 ribu sekali loncat.
"Lex, loe yang belum pernah lihat loncat batu," ujar wartawan yang lain. Saya menawar. Kami sepakat Rp 200 ribu, tetapi dibagi dua dengan sepasang turis dari Kanada.Â
Loncat batu dilakukan di depan rumah raja. Di situ ada batu-batu yang disusun mirip piramida. Tingginya dua meter. Batu inilah yang mesti dilompati seorang pemuda berpakaian adat. Ada beberapa orang yang terlatih dan selalu siap untuk menunjukkan atraksi ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H