Kata mereka Tuhan itu pemarah,
Penghukum mereka yang laknat.
Kataku Tuhan itu lembut,
Melindungi aku dengan langit seperti selimut.
Kata mereka Tuhan itu penghukum,
Menjebloskan ke neraka mereka yang murtad.
Kataku Tuhan itu humoris,
Menaruh kelucuan pada anak kecil dan binatang
Tuhan bukan pencatat dosa,
Ia itu seniman.
Ia melukis pantai, gunung dan awan.
Ia membentuk manusia, wajah demi wajah
roh demi roh.
Ia meletakkan matahari di cakrawala
Dan memainkan kuasnya menaburkan warna-warni emas
Tuhan bukan hakim yang mengintai di tikungan
Menyergapmu kala kau berdosa.
Ia itu kekasih.
Yang mengampuni, yang membelai,
Yang disakiti namun kembali.
Yang dikhianati namun memaafkan.
Sabda Tuhan bukan vonis,
Melainkan nyanyian yang merdu
Yang ia tanam di kicau burung,
Yang ia tabur di cekikik anak kecil,
Yang ia lantunkan di hembusan angin
Mata Tuhan bukan pedang yang menembus jiwamu
Mata-Nya adalah mentari,
yang menumbuhkan benih harapan di jiwamu,
yang mencairkan kebekuan di benakmu,
Tangan Tuhan bukanlah pembatas,
Namun adalah rahim
Yang melingkupi engkau kala siang kala malam
Agar jiwamu lahir kembali dengan sempurna.
Terkadang aku memanggil Tuhan itu Bapak,
Kadang Bunda,
Dan Ia memperlakukanku seperti anak
Ia menyambutku seperti pengantin
Dan ketika sangkakala akhir jaman bertiup,
Kita bukan akan terbang ke awan tinggi
Atau ke bawah bumi menuju sang api
Namun melebur ke dalam inti hati kita
Dan bertemu Tuhan
Yang sudah lama bersemayam di sana.
Tuhan tidak perlu dibela, sampai meneriakkan namaNya dengan suara lantang.
Senjata sebagai alat kita membela namaNya, juga tak perlu.
Kesia-siaan yang kita lakukan.
Melegalkan namanya sebagai alat menghancurkan sesama manusia..
Menunjukkan identitas sebagai pengikut Tuhan, itu pun tak perlu.
Sarungkan identitasmu dibalik baju, bungkus pakaian itu dibawah meja.
Letakkan identitas dalam perilakumu.
Tuhan Kau Abstrak!!!
Mata empatkupun tidak bisa menembus penglihatanku padaMu.
Mata tertutupkulah yang bisa melihat keabstrakanMu.
Lidahku berkeluh doa, disitu aku merasakan hadirMu.
Saat doaku terjawab, kau tampak nyata.
Saat doaku pun tak terjawab, ada perjalanan panjang yang kau berikan.
Apa Tuhan itu aku?
Tidak aku bukan Tuhan, aku hanya gambaranNya.
GambaranNya itu cinta, cinta?
Memberi.. dan terus memberi...
Menerima lalu bersyukur...
Tuhan kucinta Kau dengan kesederhanaan,
Ketelanjangan lebih pantas aku menghadapMu,
Buah dari ketidaklayakanku..
Palu, 9 Juni 2015
http://www.facebook.com/note.php?note_id=409299495670
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H