Mohon tunggu...
Alexander Philiph
Alexander Philiph Mohon Tunggu... Auditor - Buruh Pemerintah RI di BPKP || Founder PeopleTalkPeople || Pengamen & Tukang Potret di Jalanan || Gamer || Penulis Lepas

“Agama bukanlah candu bagi masyarakat, Agama itu pembenaran akan keyakinan yang telah menjadi tradisi dan budaya. Ketika pembenaran itu bertemu dengan pembenaran yang lain, distorsi bisa saja terjadi yang acapkali kaum minoritas menjadi korban dari pembenaran atas keyakinan itu sendiri, yang belum tentu apakah kenyakinan tersebut bisa dipertanggungjawabkan atau tidak. (Alexander Philiph Sitinjak)” -LIA, Lux In Adulescens!! (Cahaya Dalam Anak Muda)-

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

"Tuhan (Tuan), Kau Siapa?

9 Juni 2015   08:20 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:09 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kata mereka Tuhan itu pemarah, 

Penghukum mereka yang laknat. 
Kataku Tuhan itu lembut, 
Melindungi aku dengan langit seperti selimut. 

Kata mereka Tuhan itu penghukum, 
Menjebloskan ke neraka mereka yang murtad. 

Kataku Tuhan itu humoris, 
Menaruh kelucuan pada anak kecil dan binatang 

Tuhan bukan pencatat dosa, 
Ia itu seniman. 
Ia melukis pantai, gunung dan awan. 
Ia membentuk manusia, wajah demi wajah 
roh demi roh. 
Ia meletakkan matahari di cakrawala 
Dan memainkan kuasnya menaburkan warna-warni emas 

Tuhan bukan hakim yang mengintai di tikungan 
Menyergapmu kala kau berdosa. 
Ia itu kekasih. 
Yang mengampuni, yang membelai, 
Yang disakiti namun kembali. 
Yang dikhianati namun memaafkan. 

Sabda Tuhan bukan vonis, 
Melainkan nyanyian yang merdu 
Yang ia tanam di kicau burung, 
Yang ia tabur di cekikik anak kecil, 
Yang ia lantunkan di hembusan angin 

Mata Tuhan bukan pedang yang menembus jiwamu 
Mata-Nya adalah mentari, 
yang menumbuhkan benih harapan di jiwamu, 
yang mencairkan kebekuan di benakmu, 

Tangan Tuhan bukanlah pembatas, 
Namun adalah rahim 
Yang melingkupi engkau kala siang kala malam 
Agar jiwamu lahir kembali dengan sempurna. 

Terkadang aku memanggil Tuhan itu Bapak, 
Kadang Bunda, 
Dan Ia memperlakukanku seperti anak 
Ia menyambutku seperti pengantin 

Dan ketika sangkakala akhir jaman bertiup, 
Kita bukan akan terbang ke awan tinggi 
Atau ke bawah bumi menuju sang api 
Namun melebur ke dalam inti hati kita 
Dan bertemu Tuhan 
Yang sudah lama bersemayam di sana.

Tuhan tidak perlu dibela, sampai meneriakkan namaNya dengan suara lantang.

Senjata sebagai alat kita membela namaNya, juga tak perlu.

Kesia-siaan yang kita lakukan.

Melegalkan namanya sebagai alat menghancurkan sesama manusia..

 

Menunjukkan identitas sebagai pengikut Tuhan, itu pun tak perlu.

Sarungkan identitasmu dibalik baju, bungkus pakaian itu dibawah meja.

Letakkan identitas dalam perilakumu.

 

Tuhan Kau Abstrak!!!

Mata empatkupun tidak bisa menembus penglihatanku padaMu.

Mata tertutupkulah yang bisa melihat keabstrakanMu.

Lidahku berkeluh doa, disitu aku merasakan hadirMu.

Saat doaku terjawab, kau tampak nyata.

Saat doaku pun tak terjawab, ada perjalanan panjang yang kau berikan.

 

Apa Tuhan itu aku?

Tidak aku bukan Tuhan, aku hanya gambaranNya.

GambaranNya itu cinta, cinta?

Memberi.. dan terus memberi...

Menerima lalu bersyukur...

 

Tuhan kucinta Kau dengan kesederhanaan,

Ketelanjangan lebih pantas aku menghadapMu,

Buah dari ketidaklayakanku..

 

Palu, 9 Juni 2015

 

 

http://www.facebook.com/note.php?note_id=409299495670

 

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun