Mohon tunggu...
Alexander Farrel Hedi Kusuma
Alexander Farrel Hedi Kusuma Mohon Tunggu... Penulis - Pelajar SMA

Pelajar SMA yang tertarik dengan dunia sastra

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menelisik Tembang: Lir-ilir dalam Kehidupan Masyarakat Yogyakarta

17 Desember 2024   17:12 Diperbarui: 17 Desember 2024   17:35 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa yang tidak ikut menyanyikannya, ketika mendengar suara Lir-ilir lir-ilir tandure woh sumilir.” Begitulah semarak dendang yang di sahut oleh masyarakat. Tembang ini seperti memiliki unsur magis yang luar biasa, ketika suatu orang mendengar pasti akan ikut menyanyikannya. Tembang ini awalnya digunakan oleh Sunan Kalijaga untuk melaksanakan syiar atau dakwah kepada masyarakat terutama masyarakat yang ada di Pulau Jawa.

Mengapa Sunan Kalijaga menggunakan Tembang Lir-ilir dalam metode dakwahnya?

Perlu diketahui bahwa, masyarakat pulau Jawa pada zaman dahulu masih menganut kepercayaan animisme dan dinamisme. Animisme merupakan bentuk kepercayaan masyarakat terhadap roh-roh leluhur. Sedangkan dinamisme merupakan wujud kepercayaan masyarakat kepada benda-benda yang diyakini memiliki kekuatan sakti dan mistis. Lantas apa kaitannya Sunan Kalijaga dengan kepercayaan masyarakat Pulau Jawa pada zaman dahulu?

Tujuan utama Sunan Kalijaga adalah untuk menyebarkan agama islam dengan syiar dan dakwahnya kepada masyarakat Jawa. Sunan Kalijaga memilih metode dakwah dengan tembang karena, ia merasa bahwa masyarakat pada zaman itu akan menerima ajaran islam dengan mudah apabila disampaikan dengan akulturasi budaya.

Mengapa pada zaman itu akulturasi sangat berpengaruh dalam penyebaran islam?

Masyarakat pulau jawa masih sangat erat kehidupannya dengan kepercayaan tradisional kepercayaan leluhur. Secara mudahnya dapat diibaratkan bahwa, tembang lir ilir merupakan mantra yang sering diucapkan oleh masyarakat Jawa ketika akan melakukan prosesi ritual menyembah roh leluhur.

Jadi, masyarakat pada zaman itu dapat menerima dengan mudah menerima ajaran islam karena, kecerdasan strategi Sunan Kalijaga dalam menyampaikan syiarnya tanpa meninggalkan akar budaya yang sudah ada dalam masyarakat.

Di samping itu tembang Lir-ilir pada dasarnya diciptakan oleh Sunan Kalijaga bukan semata-mata tembang biasa. Namun, tembang ini memiliki arti dan makna yang sangat mendalam terutama pada aspek religiusnya.

Lirik Tembang Lir-ilir : 

Lir-ilir, lir-ilir

(Bangunlah, bangunlah)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun