Mohon tunggu...
Alexander Mario Amarta
Alexander Mario Amarta Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya merupakan seorang mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta yang memiliki ketertarikan dalam melakukan penulisan dan juga dalam dunia perfilman

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Artikel Utama

Jurnalis vs Content Creator, di Mana Batas antara Mereka?

28 November 2023   15:58 Diperbarui: 1 Desember 2023   19:35 754
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: We Are Social dalam Dataindonesia.id

Menjadi seorang jurnalis merupakan salah satu pekerjaan yang memerlukan profesional dan tanggung jawab yang besar. 

Dalam praktik jurnalisme, seorang jurnalis mempunyai tanggung jawab untuk dapat menyajikan informasi yang kredibel kepada masyarakat agar nantinya masyarakat dapat mengambil keputusan dari informasi yang didapatkan. 

Jurnalisme tentunya tidak bisa dilakukan secara asal, dalam dunia pers terdapat Kode Etik Jurnalisme yang harus diikuti oleh seorang jurnalis dalam melakukan tindakan jurnalisme. 

Seharusnya dari sini kita bisa menyadari bahwa dalam praktik penyajian berita dan informasi, ada aturan dan norma yang harus diikuti agar nantinya masyarakat yang menerima informasi tidak akan mengalami misinformasi.

Namun, apakah hal ini masih relevan di zaman yang semakin maju ini?

Munculnya media-media baru mengharuskan para jurnalis untuk mampu beradaptasi dengan cepat,  karena di masa kini persaingan tidak hanya muncul dari sesama perusahaan media melainkan juga terdapat tekanan dari hadirnya media sosial. 

Media sosial merupakan sebuah sarana untuk memberikan informasi secara cepat dalam segala bentuk, yaitu dapat berbentuk foto dan video kepada khalayak luas namun tidak secara langsung (Anwar & Rusmana, 2017). Melalui media sosial tentunya kita bisa berbagi banyak hal, mulai dari foto atau video lucu hingga sesuatu yang lebih serius. 

Sebenarnya, banyak perusahaan media yang sudah mulai beradaptasi dengan perubahan ini seperti Detik.com atau Kompas.com yang sudah memiliki akun Instagram untuk memaksimalkan performa nya di media sosial. 

Bahkan, jurnalisme sekarang sudah berevolusi menjadi jurnalisme multimedia yang mana mengharuskan para jurnalis untuk dapat mengemas berita yang tidak hanya berupa teks melainkan ada gambar, foto, video, dan juga audio ( Widodo, 2020, h.97)

Kehadiran media sosial menjadi alat pembantu bagi keberlangsungan  sehari-hari kita. Rasanya dengan adanya media sosial, kehidupan kita menjadi dipermudah. 

Kita dapat melakukan komunikasi dengan siapapun dimanapun, dan juga kita dapat berbagi apapun kapanpun. Hal ini juga termasuk berbagi berita dan informasi. 

Di dalam media sosial seperti Tiktok atau Instagram tentu terdapat aktor-aktor yang bisa disebut menjadi pusat perhatian bagi khalayak di dalamnya atau bisa disebut sebagai content creator.  

Content creator merupakan profesi yang mengharuskan seseorang untuk membuat konten berisi tulisan, gambar, video dan teks (Sayugi dalam Hermawan, 2018). 

Konten yang telah dibuat oleh para content creator ini biasanya akan didistribusikan melalui media sosial seperti Instagram, TikTok, Youtube dan masih banyak lagi. 

Dengan adanya para content creator di dalam media sosial, tentunya dapat mengancam keberadaan jurnalisme. Mengapa bisa demikian?

Kita perlu memahami terlebih dahulu bahwa content creator merupakan sebuah profesi yang sangat di idola kan oleh Generasi Z,  karena dengan menjadi seorang content creator kita bisa mengekspresikan diri kita kepada orang banyak dan juga ada kemungkinan bahwa kita bisa menjadi panutan bagi orang lain (Hermawan, 2018). 

Media massa layaknya TV, Radio, Majalah sudah tidak lagi menjadi "The Thing" bagi para Gen Z. Lalu apakah "The Thing" bagi para Gen Z? Tentu saja media sosial.

Media sosial bagi Gen Z bisa dibilang menjadi rumah kedua dan menjadi tempat untuk berbagi dan mencari segalanya. Hingga pada akhirnya, media sosial juga menjadi tempat bagi Gen Z untuk mencari informasi dan berita. 

Mari kita dalami isu ini melalui salah satu media sosial yang sangat disukai oleh Generasi Z yaitu Tik Tok. Berdasarkan data hingga Juli 2023, terdapat 1,08 Miliar pengguna TikTok di seluruh dunia dan mayoritas penggunanya berumur 18 - 24 tahun (We Are Social dalam Rizaty, 2023).

Negara Indonesia menduduki peringkat kedua sebagai negara yang memiliki pengguna Tik Tok terbanyak dengan jumlah pengguna sebanyak 99,79 juta (We Are Social dalam Rizaty, 2023). 

Di dalam Tik Tok, anda bisa menemui banyak sekali content creator dengan keunikan mereka masing-masing. Seperti content creator kuliner, hiburan (prank/challenge), horror, edukasi, tutorial dan lainnya. Lalu, bagaimana dengan content creator yang juga membagikan berita dan informasi layaknya seorang jurnalis.

Sumber: We Are Social dalam Dataindonesia.id
Sumber: We Are Social dalam Dataindonesia.id

Apakah anda tahu seorang content creator Tik Tok  bernama Gerald Vincent? Content creator dengan akun tiktok bernama @geraldvincent ini merupakan seorang content creator yang isi kontennya membagikan berita dan informasi baik itu hard news maupun soft news yang sedang terjadi di Indonesia atau mancanegara. 

Apabila kita memperhatikan format konten seorang Gerald Vincent ini, cara Vincent mendistribusikan berita tidak jauh berbeda dengan sebagaimana praktik jurnalisme multimedia itu dilakukan.

Vincent benar-benar memaksimalkan segala fitur dengan memberikan foto dan gambar, teks atau subtitle dan juga audio. Semua itu dikemas dalam satu video Tik Tok berdurasi 30 detik sampai satu menit. 

Content creator Gerald Vincent dengan slogan ikoniknya "ini menarik nih!" terbukti sangat efektif dalam menarik perhatian para khalayaknya. 

Akun Tik Tok miliknya sudah memiliki 7.4 juta followers dengan 270.7 juta likes dan setiap kontennya secara konsisten selalu dilihat oleh sekitar 50 ribu sampai 4 juta penonton yang mana cukup besar bagi seorang content creator ( Akun Tik Tok @geraldvincent )

Sumber: Tik Tok ( @geraldvincentt )
Sumber: Tik Tok ( @geraldvincentt )

Lalu, bagaimana cara seorang Gerald Vincent menjaga kredibilitasnya? Tentunya sebagai seorang content creator yang sudah cukup terpandang bagi para anak muda, Vincent akan cukup berhati-hati dalam membagikan berita dan informasi. 

Sehingga pada setiap kontennya, Ia selalu menyisipkan sumber-sumber yang Ia pakai dengan mengatakan "Nah, aku harus sampe tanya Kompas nih buat yang satu ini!" atau "Nah, kalo yang aku dapet dari Detik nih guys" dan biasanya sambil diberikan logo dari sumber tersebut. 

Terlepas dari kontennya yang informatif dan kredibel, kita tetap harus sadar bahwa keberadaan content creator ini sedikit demi sedikit menggeser profesi jurnalis dan praktik jurnalisme yang benar. Sehingga, sampailah kita pada pertanyaan terakhir yaitu

Dimanakah batas tegas perbedaan content creator dengan jurnalis?  

Apabila kita menganalisis dari konten seorang Gerald Vincent tentang bagaimana Ia membagikan berita dan informasi, seharusnya kita bisa menyadari bahwa konten Gerald Vincent memiliki satu kekurangan yang bisa menjadi pembeda antara content creator dengan seorang jurnalis. 

Kekurangan tersebut adalah, Gerald Vincent tidak melakukan pengumpulan berita nya sendiri tapi yang sebenarnya Ia lakukan adalah pengulangan berita dan informasi namun dikemas dengan format yang lebih menarik dan di media sosial yang memang banyak penggunanya didominasi oleh Gen-Z. 

Selain itu, apabila anda sering memperhatikan konten dari seorang Gerard Vincent, Ia sering kali tidak memperhatikan aspek 5W + 1H yang seharusnya menjadi pondasi penting apabila anda ingin menyebarkan berita dan informasi yang penting kepada khalayak luas dan tidak hanya memperhatikan aspek "happening" dan fun dari sebuah berita yang dibagikan tersebut.

Sebaliknya, jurnalis dengan praktik jurnalisme nya tentu dapat dikatakan lebih memiliki profesionalisme dikarenakan mereka memang memiliki bekal yang ketat dan jelas sebagaimana diatur dalam Kode Etik Jurnalistik.

Di dalamnya memuat segala macam norma yang harus diikuti oleh para jurnalis sehingga berita dan informasi yang diberikan kepada masyarakat merupakan berita yang benar dan tidak menyesatkan.

Terlepas dari segala kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh jurnalis dan juga content creator, sayangnya pemilihan sumber berita itu bersifat subjektif. Sehingga, kita tidak bisa menyalahkan satu sama lain. 

Hadirnya para content creator yang juga suka untuk berbagi informasi dan berita layaknya seorang jurnalis seharusnya bisa dipandang dengan baik sebagai salah satu aktor dalam mencerdaskan insan muda dengan informasi yang mereka dapatkan meskipun memang perlu perbaikan dalam beberapa hal. 

Di satu sisi, perusahaan media dan juga jurnali juga tidak boleh menutup mata dengan perubahan zaman yang sedang terjadi ini, karena pilihannya adalah mengikuti atau mati sehingga menjadi keputusan yang baik apabila mereka juga mau mengikuti perubahan ini sehingga jangkauan khalayak nya juga akan tetap luas dan tidak tertinggal. 

Sumber Referensi: 

Anwar, R. K., & Rusmana, A. (2017). Komunikasi Digital Berbentuk Media Sosial Dalam Meningkatkan Kompetensi Bagi Kepala, Pustakawan, dan Tenaga Pengelola Perpustakaan. Jurnal Aplikasi Ipteks untuk Masyarakat. 

Hermawan, D. (2018). Content Creator dalam Kacamata Industri Kreatif: Pesona Personal Branding dalam Media Sosial.

Rizaty, M.A. ( 2023, Sep 27). Pengguna TikTok Indonesia Terbesar Kedua di Dunia pada Juli 2023. DataIndonesia.id. Diakses dari https://dataindonesia.id/internet/detail/pengguna-tiktok-indonesia-terbesar-kedua-di-dunia-pada-juli-2023 

Widodo, Y. (2020). Buku Ajar Jurnalisme Multimedia. Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun