Mohon tunggu...
Alexander Mario Amarta
Alexander Mario Amarta Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya merupakan seorang mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta yang memiliki ketertarikan dalam melakukan penulisan dan juga dalam dunia perfilman

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

Chat GPT: Kawan atau Musuh bagi Jurnalisme di Masa Depan?

19 Oktober 2023   12:53 Diperbarui: 19 Oktober 2023   12:55 404
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Guru Besar Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung (ITB), Bambang Riyanto Trilaksono mengatakan bahwa pekerjaan yang sifatnya high-level dan membutuhkan penalaran yang tinggi tentu akan sulit digantikan oleh AI, yang artinya mereka akan menjadi asisten manusia (CNN Indonesia, 2023). Lain halnya, pada pekerjaan yang sifatnya low-level yang sifatnya repetitif dan sederhana, sudah pasti akan dengan mudah digusur oleh AI. AI memberikan contoh seperti pekerjaan penulis dan pembuat konten yang bisa dilaksanakan oleh Chat GPT (CNN Indonesia, 2023).

Anda perlu mengetahui bahwa pada bulan Maret 2023, CNET, perusahaan media milik Amerika telah melakukan PHK kepada 10% staf nya dikarenakan perusahaan CNET berhasil menggunakan AI dalam membuat artikel berita (CNN Indonesia, 2023). Pada bulan Januari 2023, CNET sebenarnya terungkap menggunakan teknologi AI untuk membuat berita dan ternyata kebenarannya adalah semenjak bulan November 2022, mereka telah menerbitkan 77 artikel menggunakan mesin AI. 

Setelah terungkap melakukan tindakan tersebut, CNET mengumumkan melalui pertemuan staf, bahwa mereka tidak akan menggunakan teknologi AI lagi dalam membuat berita. Namun, pada bulan Februari 2023, CNET kembali menggunakan teknologi tersebut dan pada bulan Maret mereka melakukan PHK besar-besaran (CNN Indonesia, 2023).

Dari pemaparan fakta dan data yang telah saya berikan, kita seharusnya dapat melihat dan menyadari bahwa banyak perusahaan media di zaman sekarang sudah mulai "menggantungkan" harapan mereka pada teknologi AI dan melihat keberadaan AI sebagai suatu hal yang menjanjikan di masa depan. 

Kecepatan dan kelengkapan hasil yang diberikan oleh AI tentu dijadikan tumpuan untuk kedepannya. Dari sini pula, kita bisa menyadari bahwa profesi jurnalis semakin terancam dengan hadirnya teknologi AI seperti Chat GPT ini. Banyaknya jurnalis dan pekerja media mengalami PHK atas kejadian munculnya teknologi AI dan mengakibatkan profesi jurnalis menjadi salah satu profesi yang paling rawan untuk digantikan.

Sebenarnya, memang ada banyak cara yang ditunjukkan agar kita dan pekerjaan kita tidak dengan mudah disalip oleh AI, yang mana dikatakan bahwa kita harus bisa hidup berdampingan dengan AI dan menjadikan mereka sebagai asisten kita. Tetapi, dalam pekerjaan seperti jurnalis, hal ini bisa menjadi sangat membahayakan, apalagi secara perseorangan. Chat GPT bisa membantu jurnalis dengan hal seperti, melakukan riset informasi, memberikan saran, memberikan ide baru, atau sekalipun memberikan daftar pertanyaan wawancara. 

Namun, hal ini bisa dikatakan sebagai suatu tindakan yang salah, karena tidak menutup kemungkinan bahwa dengan kemudahan menggunakan Chat GPT justru membuat jurnalis menjadi malas dan berujung pada pembuatan berita yang tidak kredibel untuk disebarkan kepada khalayak luas. Tindakan seperti ini juga bisa diasosiasikan dengan penyalahgunaan Kode Etik Jurnalistik.

Pada Kode Etik Jurnalistik Pasal 1, dinyatakan bahwa  "Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan tidak beritikad buruk." (Bekti & Samsuri, 2013, h.291). Tafsiran akan kata "independen" dapat diartikan sebagai memberikan berita sesuai dengan hati nurani jurnalis tanpa adanya intervensi atau campur tangan dari pihak lain (Bekti & Samsuri, 2013, h.291).

 Dengan pernyataan ini, kita seharusnya bisa mengkritisi tindakan jurnalis apabila memutuskan untuk menggunakan Chat GPT dalam "membantu" mereka menulis berita, hal ini dikarenakan dengan adanya campur tangan dari Chat GPT, pemikiran jurnalis menjadi tidak murni dan berita yang disebarkan pun juga berarti bukan berita yang murni dari isi hati sang jurnalis.

Begitu pula pada Pasal 2, dinyatakan bahwa "Wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang profesional dalam melaksanakan tugas jurnalistik." (Bekti & Samsuri, 2013, h. 292 ). Dalam tafsiran "cara-cara profesional" dinyatakan bahwa salah satu cara adalah untuk menghasilkan berita yang faktual dan jelas sumbernya (Bekti & Samsuri, 2013, h. 292 ). 

Apabila seorang jurnalis mendapatkan referensinya dari Chat GPT yang mana sudah menjadi tugas dari Chat GPT untuk memberikan jawaban-jawaban yang akurat, lantas sumber faktual apa yang akan dicantumkan oleh sang jurnalis? Tentu dengan menuliskan Chat GPT akan membuat jurnalis melanggar Kode Etik Jurnalistik yang telah melekat dengan profesinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun