Fraud theory merupakan teori yang mengulas hal-hal yang menjadi motivasi atau penyebab dari individu atau kelompok individu melakukan suatu kecurangan, sehingga hal pertama yang harus diketahui adalah definisi dari kecurangan. Kantor Akuntan Publik Ernst and Young (EY) mendefinisikan kecurangan sebagai suatu perbuatan atau tindakan yang sengaja dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang yang mengetahui bahwa kesalahan tersebut dapat mengakibatkan beberapa manfaat yang tidak baik untuk individu atau badan atau pihak lain.
Teori pertama yang mengulas terkait penyebab terjadinya kecurangan dikenal dengan fraud triangle theory, sesuai dengan namanya segitiga kecurangan teori tersebut mengungkapkan tiga penyebab seseorang melakukan kecurangan. Lalu, berdasarkan ketiga penyebab tersebut kembali dikembangkan penyebab kecurangan dengan menambahkan satu unsur, sehingga fraud triangle theory mengalami pembaruan dan dikenal teori suatu teori baru yang dikenal dengan istilah fraud diamond theory. Empat teori yang sudah ada kembali ditambahkan dengan satu penyebab lagi kemudian kembali dikembangkan teori baru yang dikenal dengan fraud pentagon theory. Ketika dilakukan penelitian ini perkembangan terakhir dari penyebab kecurangan kembali ditambahkan satu unsur pembaharuan sehingga pada saat ini teori yang mengungkapkan penyebab terjadinya kecurangan dikenal dengan fraud hexagon theory.
- Fraud Triangle Theory – Donald R. Cressey, 1953Â
Fraud Triangle Theory atau segitiga kecurangan merupakan suatu teori yang mengulas tentang tiga motivasi atau tiga penyebab utama seseorang melakukan kecurangan. Teori ini dicetuskan oleh Cressey pada tahun 1953 melalui penelitian yang dilakukan dengan cara melakukan wawancara terhadap 250 narapidana tindak pidana korupsi. Periode penelitian dilakukan selama lima bulan. Penelitian yang dilakukan Cressey, 1953 menunjukkan hasil bahwa penyebab dari para narapidana tersebut melakukan penyalahgunaan kepercayaan adalah adanya suatu kondisi dimana mereka memiliki masalah keuangan, sehingga ada tekanan (pressure) dan menyadari bahwa ada kesempatan (opportunity) untuk dapat menyelesaikan permasalahan tersebut secara rahasia dengan melakukan pelanggaran kepercayaan atas posisi yang mereka miliki, pelanggaran kepercayaan tersebut dapat dilakukan secara mandiri dan menanggapnya sebagai perilaku yang biasa (rasionalisasi). Melalui hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penyebab terjadinya kecurangan dikarenakan tiga hal, yaitu: adanya tekanan (pressures), adanya peluang (opportunities) dan adanya rasionalisasi atas perbuatan tersebut (rationalization). Oleh sebab itu teori tersebut dikenal dengan istilah teori segitiga kecurangan atau fraud triangle theory yang dapat digambarkan sebagai berikut:
Incentive/Pressure dari masalah finansial atau keuangan yang tidak dapat dibagikan oleh pelaku menjadi motif kecurangan (Cressey, 1950 dalam penelitian Dorminey et al, 2012) Seseorang mungkin tidak terlihat memiliki masalah keuangan karena mungkin untuk memenuhi gaya hidupnya agar terlihat seperti tidak memiliki masalah keuangan. Atau kemungkinan egonya yang besar membuat seseorang enggan atau malu untuk meminta bantuan ketika mengalami masalah keuangan sehingga dia mencari cara untuk keluar dari masalah keuangannya dengan usaha sendiri, yakni melakukan kecurangan.
Opportunities disebabkan oleh dua hal, pengendalian internal perusahaan yang lemah atau kecil kemungkinan akan tertangkap ketika melakukan fraud. Georgios (2019) mengatakan bahwa untuk menciptakan kesempatan ada dua hal yang diperlukan, yakni informasi dan kemampuan teknis. Yang dimaksud dengan informasi adalah pengetahuan mengenai bagaimana mencari celah dalam system pengendalian internal perusahaan sehingga pelaku dapat memperoleh kesempatan untuk melakukan fraud. Kemampuan teknis adalah bagaimana kemampuan pelaku dalam melakukan kecurangan atau pelanggaran. Jika hanya mengetahui celah pengendalian internal namun tidak memiliki skill teknis dalam melakukan kecurangan, maka pelaku tidak dapat menerobos sistem pengendalian internal perusahaan
Rationalization memungkinkan pelaku fraud untuk memahami Tindakan pelanggaran dan membuatnya tetap menjaga image dirinya sebagai orang yang dapat dipercaya. Rasionalisasi ini bisa dikatakan sebagai motif pelanggaran karena pelaku tidak melihat dirinya sebagai seorang criminal, tetapi karena sedang butuh makanya pelaku melakukan pelanggaran dan menyalahkan lemahnya pengendalian internal perusahaan sehingga dia bisa menerobos pengendalian dan melakukan kecurangan.
- Fraud Diamond Theory – Wolfe & Hermanson, 2014Â
Penelitian yang dilakukan oleh Donald R. Cressey dikembangkan pada tahun 1953. Seiring berkembangnya zaman, tentunya penyebab terjadinya kecurangan juga turut berkembang. Wolfe and Hermanson, 2004 mengembangkan teori yang merupakan hasil pengembangan dari penelitian yang dilakukan oleh Donald R. Cressey. Ketiga faktor penyebab kecurangan yang sebelumnya telah diteliti tidak dihilangkan melainkan meneliti dan menambahkan penyebab baru yaitu, kemampuan (capability). Kemampuan sendiri merupakan penyebab kecurangan yang tidak dapat dihindarkan sebab seiring berkembangnya teknologi perusahaan mulai melakukan pengembangan khusunya dengan membentuk suatu pengendalian internal guna meminimalisir terjadinya kecurangan. Hal tersebut tentu menyebabkan kemampuan atau kapabilitas seseorang merupakan salah satu penyebab utama dari terjadinya kecurangan. Tentunya sejalan dengan penelitian yang dikembangkan oleh Wolfe & Hermanson, 2004 yang membahas empat penyebab kecurangan dengan menyempurnakan penelitian sebelumnya dan membentuk teori baru dengan menambahkan unsur kapabilitas. Apabila teori tersebut diilustrasikan dapat digambarkan sesuai dengan gambar di bawah ini:
- Fraud Pentagon Theory – Crowe Horwath, 2011Â
Teori kecurangan pentagon merupakan teori kecurangan hasil pengembangan dari teori kecurangan diamond. Teori ini pertama kali dicetuskan oleh Horwart, 2011. Teori tersebut menambahkan satu unsur baru penyebab atau motivasi dari seseorang dalam melakukan kecurangan. Unsur baru yang ditambahkan adalah adanya sifat arogansi (arrogance). Pentagon theory ini juga dikenal dengan SCORE (Stimulus, Capability, Opportunity, Rationalization dan Ego). Ego ini merupakan sebutan untuk arogansi yang dimiliki oleh pelaku fraud dan juga merupakan motivasi dalam melakukan fraud.
Melalui penelitian yang dilakukan oleh Horwath, 2011 dapat diketahui jika arrogance adalah suatu perilaku yang menggambarkan sifat superioritas, serta adanya kekuarangan kesadaran akibat adanya sifat serakah, serta pola pikir jika peraturan yang ada pada saat ini tidak berlaku bagi mereka. Crowe (2011) Christian dkk (2019) menyebutkan tingkat arogansi pemimpin perusahaan memiliki karakteristik sebagai berikut:
- Memiliki ego yang tinggi dan menganggap dirinya seorang selebritas
- Memiliki pemikiran bahwa pengendalian internal tidak dapat mencegah kecurangan yang telah dilakukannya
- Memiliki perilaku yang cenderung sering mengintimidasi bawahannya
- Memiliki gaya manajemen yang dictator dan otoriter
- Memiliki ketakutan untuk kehilangan posisi yang telah dicapainya
Oleh sebab itu, selain empat penyebab yang telah digambarkan pada teori sebelumnya. Penelitian yang dilakukan oleh Horwath menambahkan unsur baru yaitu, arogansi yang mana dapat dilihat dalam bentuk ilustrasi di bawah ini:
- Fraud Hexagon Theory – Georgios L. Vousinas, 2019Â
Perkembangan terbaru dari teori kecurangan diungkapkan melalui teori yang dikenal dengan teori pentagon. Melalui teori ini Vousinas, 2019 kembali menambahkan unsur baru sebagai salah satu penyebab atau motivasi dari seseorang dalam melakukan kecurangan. Teori ini tentunya tidak menghilangkan satu pun unsur yang ada pada teori pendahulunya, melainkan menambahkan unsur baru, yaitu kolusi.