Mohon tunggu...
Aletheia
Aletheia Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar di SMP Alam Planet Nufo, Rembang, Jawa Tengah

Pelajar ingusan yang tengah bersengketa dengan kegabutan duniawi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Menjamah Memori

13 Juli 2022   07:00 Diperbarui: 13 Juli 2022   07:08 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Aduh-aduh. Si Abang capek katanya, euy!” godanya kepadaku yang tengah berusaha berpindah ke mimpi indah. Aku kembali terjaga, melihat Adam dengan wajah jahilnya, membuat emosiku memuncak tidak sengaja.

“Diam, Ah! Jangan ganggu dong. Mau istirahat ini teh!” timpalku sedikit keras kepada Adam. Sontak, diapun terperanjat.

“Hahaha… Iya sok atuh. Adam mah gak bakal ganggu sok,” tukasnya jera. Setelahnya, aku tertidur pulas, guna memperpendek waktu berbuka puasa.

Klimaks di siang hari usai kulewati. Salat asarpun tuntas dilangitkan, beserta doa-doa dan rasa syukur yang seluas bumantara dunia. Tidak sepelemparan batu dengan Adam yang masih melanjutkan mimpi fananya. Menilik sesuatu yang tak beres, segera kuangkat dia dari dunia khayalnya.

“Adam, bangun! Salat dulu, jangan tidur sore. Mending kita ke bazar depan Telkom yuk!” ajakku kepada Adam.

Syukurlah, Adam tidak begitu susah untuk kubangunkan, tidak selaras dengan caraku tidur. Ia salat, berdoa, lalu mengenakan jaket, dan mengambil kunci motor di kamarnya.

“Gas tidak, Bang?” tawar Adam yang menengadah ke jok belakang, kepadaku yang tercenung dalam lamunan sesaat.

“Gas keun atuh, Dam!” jawabku lantang. Layaknya kuda pacu, motor CB yang kami naiki berari kencang menuju dunia luar. Petang ini, kami merangkap sebagai pemburu takjil yang bringas.

 Ngabuburit adalah agenda wajib di kala petang, di bulan Ramadhan, meninggalkannya merupakan penyesalan yang besar bagiku. Bersama Adam, aku pergi menuju serambi Telkom University yang tersulap menjadi lokasi bazar Ramadhan dadakan. Sampai pada bibir kawasan bazar, mataku termanjakan dengan keaneka ragaman kuliner yang membuat lidah bergelayut.

Cilung, teci, kebab, dan seblak mengambil alih atensiku penuh. Dompet kurogoh, uang kutarik, semuanya kuangkut menuju motor CB yang Adam saisi. Pada akhirnya, kami pulang membawa sebongkah kenikmatan Ramadhan lainnya. Tinggal menunggu masa untuk berbuka puasa di rumah Adam.

Pukul 05:15. Tiada tempat yang lebih nikmat selain ruang keluarga di rumah Adam yang senantiasa hangat. Wa Iis yang berhilir mudik menyiapkan takjil andalannya di rumah. Bala-bala dan gehu, gurihnya semangkuk tahu bejek yang terhidang di meja makan, dilengkapi dengan sirup melon segar menggiurkan. Ah, tidak sabar untuk menyeruput segelas sirup cantik yang terhidang diatas meja makan seperti biasanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun