Mohon tunggu...
Wangga Reksabumi
Wangga Reksabumi Mohon Tunggu... -

berarti penjaga bumi yang pemberani SUBSCRIBE US NOW ON YOUTUBE FOR ENDLESS JOURNEY!! https://m.youtube.com/channel/UCzLdf_K9LXeHBya5XeVcBiA

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Baduy, Desa Wisata Adat

3 April 2016   23:47 Diperbarui: 4 April 2016   00:22 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tata cara pelaksanaan Upacara Kawalu adalah masyarakat Baduy berpuasa selama satu hari. Puasa ini dilaksanakan oleh masyarakat Baduy Luar dan Baduy Dalam. Setelahnya, Ketua Adat akan memilih hari dimana pada hari tersebut akan diadakan makan besar bersama antara Baduy Dalam dengan Baduy Luar. Hal seperti ini diatur oleh orang Baduy Dalam selaku suku yang masih sangat menjunjung tinggi adat leluhur nenek moyang mereka, sedangkan orang di Baduy Luar hanya bertugas untuk melaksanakannya.

Baduy Dalam ditutup karena keseluruhan upacara terjadi di dalamnya. Upacara Kawalu dilaksanakan di tiga desa yaitu Cibeo, Cikartawarna, dan Cigesik. Makna dari Upacara Kawalu ini adalah dengan diadakannya upacara ini, Suku Baduy Dalam dan Suku Baduy Luar menjalin kembali tali silaturahmi. Prosesi yang harus dilewati antara lain Baduy Dalam tidak boleh disinggahi siapapun yang tidak berkepentingan sehingga kami tidak dapat mengambil gambar atau mendokumentasikan Upacara Kawalu.

Pukul 15.30 kami memutuskan untuk berjalan-jalan menuju desa yang lebih jauh dari tempat kami menginap dengan ditemani oleh Kang Santa. Kami melakukan perjalanan sambil mengobrol kecil dengan Kang Santa, bertanya lebih jauh tentang kehidupannya di Baduy Dalam dan aturan hidup di sana yang konon masih kental dengan tradisi dan adat.

Kami berhenti di suatu desa setelah berjalan beberapa saat. Desa tersebut adalah Desa Ciparel dan di sana kami bercakap-cakap dengan beberapa penduduk. Mayoritas Suku Baduy belum bisa atau mungkin memang tidak mempelajari bahasa Indonesia sehingga kami harus meminta bantuan Kang Santa untuk menjadi translator kami. Kami berhasil menanyakan beberapa pendapat tentang Upacara Kawalu dari masyarakat Baduy Luar.

Karena terlihat mendung sudah mulai menyelimuti langit, dan rintik air hujan pun sudah mulai turun membasahi, kami memutuskan perjalanan kami berhentilah sampai di Desa Ciparel sehigga pukul 16.10 kami kembali berjalan menuju Desa Gajebo tempat kami menginap. Lalu beberapa dari kami pergi ke sungai untuk mandi atau sekedar membersihkan badan. Setelahnya kami melaksanakan salat maghrib dan membantu pemilik rumah menyiapkan makan malam untuk kami.

Pukul 19.00, makan malam kami yang sangat sederhana sudah tersaji di hadapan kami. Makan malam kali ini terdiri dari nasi, tempe goreng, ikan asin, dengan air putih sebagai pemuas dahaganya. Makan malam sederhana itu sangat berkesan namun  terasa sangat nikmat karena kental akan rasa kebersamaan.

Setelah mengobrol dan menikmati kesunyian Kampung Baduy ini, pukul 21.00, para laki-laki memisahkan diri untuk tidur di rumah penduduk yang terpisah.

Keesokan harinya, Minggu, 21 Februari 2016, pukul 05.00 kami sudah terjaga dan melaksanakan ibadah salat subuh. Kami harus mengambil wudhu di kamar kecil yang terletak di luar karena di setiap rumah tidak tersedia kamar kecil. Pukul 06.00 pagi, kami meminta izin kepada pemilik rumah untuk membantu menyiapkan sarapan dengan menghangatkan sarden juga sosis yang kami bawa.

Pukul 06.30, kami sarapan dengan nasi dan lauk-pauk berupa sarden, dan sosis juga air putih. Kami mengajak teman Kang Santa yang juga merupakan orang Baduy Dalam yaitu Kang Jali untuk sarapan bersama-sama dengan kami. Selesai sarapan, kami mendapat kesempatan untuk mengobrol dengan Kang Jali. Sambil bercanda-canda dan tertawa riang kami menanyakan hal-hal yang ingin kami ketahui lebih dalam tentang Baduy. Kang Jali pun menawarkan barang dagangannya berupa tas rajut dari akar kepada kami.

Pukul 07.40, kami bersiap untuk pulang. Kami segera berpamitan dengan pemilik rumah yang kami inapi semalam, sambil menyampaikan cinderamata tanda terimakasih kami berupa ikan asin. Kami beramah-tamah dengan para pemilik rumah seraya berterima kasih atas kesediaan mereka untuk memberi kami naungan selama berada di Desa Gajebo ini. Sebelum trekking kembali ke Desa Ciboleger, kami melakukan sesi foto-foto di depan rumah adat Baduy bersama Kang  Santa dan Kang Jali. Pukul 08.30, kami memulai perjalanan kembali ke Desa Ciboleger.

Kami tiba di Desa Ciboleger pada pukul 09.21. Di sini kami menunggu elf yang akan membawa kami ke Stasiun Rangkasbitung. Setelah beristirahat sejenak melepas rasa lelah sehabis trekking pukul 10.56 berangkatlah kami kembali ke Stasiun Rangkasbitung dengan elf. Sampailah kami di Stasiun Rangkasbitung pada pukul 12.19.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun