Mohon tunggu...
Ales Tiara Fadilah
Ales Tiara Fadilah Mohon Tunggu... Guru - Tenaga Pendidik di SMP IT Miftahul Ihsan

Tenaga Pendidik SMP IT Miftahul Ihsan Kota Banjar

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kumpulan Puisi

10 Desember 2022   19:00 Diperbarui: 10 Desember 2022   19:04 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(1) 

Kita Satu

Tak tau apa yang akan terlukis

Hewan-hewan terlalu banyak berjatuhan

Mengusir para pemburu

Berjuang hanya untuk sebongkah tanah

Tangisan indah bersorak ramai kala itu

Pahlawan kini hanya sebuah nama

Lalu apa gunanya darah kala itu?

Entah apa yang Sapiens inginkan zaman ini

Kebebasan?

Ataukah kesengsaraan?

Dalam bergejolaknya keeogisan itu

Pancasila hanya sebatas tulisan

Cukup Bumi Loro Sae yang terlerai

Bukanlah kesatuan tanpa Pulau Jaya

Begitu pula tanpa Serambi Mekkah

Kita adalah satu!

(2) 

Sang Pertiwi Kini..

Ibu Pertiwi

Kau ciptakan seekor Garuda

Kau ciptakan seekor Singa

Kau tendang semua pemerkosa Negri

Dirangkul semua terjajah

Aliran-aliran sesat berbisik

Mencoba merobohkannya

Tapi...

Kini kau hanyalah sebuah Nama

Garuda dan Singa pun

Kini tlah tertidur

Para Penguasa terpilih

Tlah membodohimu

Ibu pertiwi

Kini kau hanya menelanjangi diri

Mengkhianati tanah ini

Tanah yang dulu kau perjuangkan

 

(3)

Kau tau cinta?

Menurut orang itu adalah perasaan yang dapat membutakan segalanya hanya karena dirimu

Mungkin sekarang ini ku sedang merasakannya

Bukan!, Bukan mungkin tetapi yakin

Tak tahu kenapa bisa seperti ini

Tapi satu hal yang pasti

Bahwa ku mencintaimu sejak pertama kita bertemu

Salahkah jika aku mencintaimu?

Bolehkah aku mencintaimu?

Itulah yang selama ini terpikir olehku

Aku minta maaf atas semuanya

Karena aku sungguh mencintaimu

Bagaimanakah dengan dirimu?

Setelah ku ungkapkan semua ini?

 

(4) Sampai Kapan?

Sampai kapan merasa biasa yang orang lain pun tak peduli sama sekali
Bukankah hanya diri ini yang peduli?
Hilangnya semangat bukan pilihan terbaik
Bebaskan diri dari jeritan biasa (tak mampu)

Percaya bahwa diri ini memang luar biasa adanya
Genjotan otak, denyut jantung yang lebih cepat, aliran darah mengalir deras,

rintikan hujan terlewati dalam hitungan sesaat

Haru biru di hari akhir akan jadi saksi atas capaian selama ini
Cepatlah berlalu bersama kelabu agar menjadi langit yang biru bersma semangat yang mnggebu-gebu

(5) penantian

Meski semua tak selalu sama harap,
namun tiap yang terlewati akan memberikan suatu hal yang tak biasa
Proses tak khianati hasil
semua cara sampai jalan terjalpun dilalui
tak putus asa adalah jalan tepat untuk mencapai titik terindah
Sampai bertemu di hari yang dinanti

(6) Hujung Penantian

Waktu yang tak terasa kini tinggalah sisa perjuangan
Meski terkuras sampai larut dan lelah
Syukur dan nikmat tiada tara yang nanti menanti

Tak ada sesal lewati hari ini dan esok
Jiwa-jiwa semangt masih mengalir deras
untuk terus berjuang sampai detik akhir

Harap dan ingin dilantunkan bersama untaian doa setiap waktu
semoga tercpainya akhir yang tepat

(7) Entah 

O cuma kamu?
Tapi maaf aku memang tak mampu membalas

Membalas hal yang sama
Bukan aku begitu
bukan tingkat dan tingkah aku

Di lain waktu nanti
Bisa terlihat dengan seksama mana yang berbeda dengan betul-betul  memiliki rasa yang dalam

Bukan yang tiap detik siap sementra,

Setelah itu lalu entah ke mana

(8) Basa-Basi

Ada juga yang seperti ituu
Berharap tak pernah tau dan kenal
Tapi seolah terpaksa harus dilalui
Meski menentang, namun apa daya?
Ini skenario nya.

Tak banyak bertanya apa lagi cerita panjang lebar
Menurutku hanya basa basi yang basi

(9) Kukira Kau

Kukira hanya gambar yang lucu
Setelah genjotan otak yang berpikir keras dalam hitungan jam,
 Denyut jantung yang berpacu lebih kencang..
Telah terbayarkn dengan kelucuan yang teramat dalam.

Sadari ini hidup ada aturan yag buat diri tetap waras

 yang setelah itu hanya diam 

lalu berdoa semoga tuhan secepatnya membalas
Inginny hanya cepatlah berlalu tanpa banyak bertemu di tiap waktu

(10) 

Tentang malam yang sepi hening tiada tanding,
Ku curahkan segala isi hati
Kutumpahkan segala pelik hidup
Ada kedamaian yang tak bisa diucap
Deretan kata mengalir dalam hati seperti rintikan hujan saat ini
Selalu ada penghrpan baikk untuk diri dan esok yangg lebih baik

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun