(1)Â
Kita Satu
Tak tau apa yang akan terlukis
Hewan-hewan terlalu banyak berjatuhan
Mengusir para pemburu
Berjuang hanya untuk sebongkah tanah
Tangisan indah bersorak ramai kala itu
Pahlawan kini hanya sebuah nama
Lalu apa gunanya darah kala itu?
Entah apa yang Sapiens inginkan zaman ini
Kebebasan?
Ataukah kesengsaraan?
Dalam bergejolaknya keeogisan itu
Pancasila hanya sebatas tulisan
Cukup Bumi Loro Sae yang terlerai
Bukanlah kesatuan tanpa Pulau Jaya
Begitu pula tanpa Serambi Mekkah
Kita adalah satu!
(2)Â
Sang Pertiwi Kini..
Ibu Pertiwi
Kau ciptakan seekor Garuda
Kau ciptakan seekor Singa
Kau tendang semua pemerkosa Negri
Dirangkul semua terjajah
Aliran-aliran sesat berbisik
Mencoba merobohkannya
Tapi...
Kini kau hanyalah sebuah Nama
Garuda dan Singa pun
Kini tlah tertidur
Para Penguasa terpilih
Tlah membodohimu
Ibu pertiwi
Kini kau hanya menelanjangi diri
Mengkhianati tanah ini
Tanah yang dulu kau perjuangkan
Â
(3)
Kau tau cinta?
Menurut orang itu adalah perasaan yang dapat membutakan segalanya hanya karena dirimu
Mungkin sekarang ini ku sedang merasakannya
Bukan!, Bukan mungkin tetapi yakin
Tak tahu kenapa bisa seperti ini
Tapi satu hal yang pasti
Bahwa ku mencintaimu sejak pertama kita bertemu
Salahkah jika aku mencintaimu?
Bolehkah aku mencintaimu?
Itulah yang selama ini terpikir olehku
Aku minta maaf atas semuanya
Karena aku sungguh mencintaimu
Bagaimanakah dengan dirimu?
Setelah ku ungkapkan semua ini?
Â
(4) Sampai Kapan?
Sampai kapan merasa biasa yang orang lain pun tak peduli sama sekali
Bukankah hanya diri ini yang peduli?
Hilangnya semangat bukan pilihan terbaik
Bebaskan diri dari jeritan biasa (tak mampu)
Percaya bahwa diri ini memang luar biasa adanya
Genjotan otak, denyut jantung yang lebih cepat, aliran darah mengalir deras,
rintikan hujan terlewati dalam hitungan sesaat
Haru biru di hari akhir akan jadi saksi atas capaian selama ini
Cepatlah berlalu bersama kelabu agar menjadi langit yang biru bersma semangat yang mnggebu-gebu
(5) penantian
Meski semua tak selalu sama harap,
namun tiap yang terlewati akan memberikan suatu hal yang tak biasa
Proses tak khianati hasil
semua cara sampai jalan terjalpun dilalui
tak putus asa adalah jalan tepat untuk mencapai titik terindah
Sampai bertemu di hari yang dinanti
(6) Hujung Penantian
Waktu yang tak terasa kini tinggalah sisa perjuangan
Meski terkuras sampai larut dan lelah
Syukur dan nikmat tiada tara yang nanti menanti
Tak ada sesal lewati hari ini dan esok
Jiwa-jiwa semangt masih mengalir deras
untuk terus berjuang sampai detik akhir
Harap dan ingin dilantunkan bersama untaian doa setiap waktu
semoga tercpainya akhir yang tepat
(7) EntahÂ
O cuma kamu?
Tapi maaf aku memang tak mampu membalas
Membalas hal yang sama
Bukan aku begitu
bukan tingkat dan tingkah aku
Di lain waktu nanti
Bisa terlihat dengan seksama mana yang berbeda dengan betul-betul  memiliki rasa yang dalam
Bukan yang tiap detik siap sementra,
Setelah itu lalu entah ke mana
(8) Basa-Basi
Ada juga yang seperti ituu
Berharap tak pernah tau dan kenal
Tapi seolah terpaksa harus dilalui
Meski menentang, namun apa daya?
Ini skenario nya.
Tak banyak bertanya apa lagi cerita panjang lebar
Menurutku hanya basa basi yang basi
(9) Kukira Kau
Kukira hanya gambar yang lucu
Setelah genjotan otak yang berpikir keras dalam hitungan jam,
 Denyut jantung yang berpacu lebih kencang..
Telah terbayarkn dengan kelucuan yang teramat dalam.
Sadari ini hidup ada aturan yag buat diri tetap waras
 yang setelah itu hanya diamÂ
lalu berdoa semoga tuhan secepatnya membalas
Inginny hanya cepatlah berlalu tanpa banyak bertemu di tiap waktu
(10)Â
Tentang malam yang sepi hening tiada tanding,
Ku curahkan segala isi hati
Kutumpahkan segala pelik hidup
Ada kedamaian yang tak bisa diucap
Deretan kata mengalir dalam hati seperti rintikan hujan saat ini
Selalu ada penghrpan baikk untuk diri dan esok yangg lebih baik
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H