“Kita perkirakan aja pembunuhnya berusia 20 tahun saat itu,” ucap Ales.
“Kenapa kamu menyimpulkan begitu?” tanya Vivie.
“Ga mungkin kan pembunuhnya bocah berusia 10 tahun? Kamu lihat tubuh Pak Edo yang kekar, apa mungkin seorang bocah berusia 10 tahun bisa dengan mudah ngalahin Pak Edo?” tanya Ales balik.
“Benar juga, lagi pula yang dibunuhnya empat orang sekaligus,” gumam Vivie.
“Kalau emang benar pembunuhnya berusia 20 tahun, berarti saat ini usia dia sudah 60 tahun,” ucap Ales.
Vivie dan Ales semakin bingung dengan kasus pembunuhan itu yang sangat tidak masuk akal dan mungkin sulit untuk dipecahkan. Tiba-tiba saja handphone Vivie berbunyi, dengan cepat dia segera mengangkat telepon itu yang ternyata dari Papanya.
“Aku harus pulang Les, Papa tiba-tiba mutusin buat balik ke Bogor sekarang juga,” ucap Vivie.
“Ke Bogor? Ke rumahmu yang dulu?” tanya Ales.
“Mungkin ini keberuntungan buatku, seengganya kalau pembunuh itu masih ada maka aku bisa selamat dari terornya,” ucap Vivie.
“Kalau kamu mau nerusin penyelidikan ini aku mungkin ga bisa ikut bantu kamu, tapi aku akan selalu support kamu. Anggap aja ini tugas kamu sebagai anak dari seorang Polisi,” kata Vivie.
“Walaupun kita baru kenal dua hari, tapi aku senang bisa kenal sama kamu. Kapan-kapan main ke sini lagi ya,” ucap Ales melepas kepergian Vivie.