Mohon tunggu...
Ales Tiara Fadilah
Ales Tiara Fadilah Mohon Tunggu... Guru - Tenaga Pendidik di SMP IT Miftahul Ihsan

Tenaga Pendidik SMP IT Miftahul Ihsan Kota Banjar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kutukan Misterius Part 1

9 Desember 2022   17:06 Diperbarui: 9 Desember 2022   17:08 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Vivie tampak menatap rumah di depannya dengan wajah murung. Hari ini keluarganya baru saja pindah dari rumah mereka yang dulu.

Papanya yang bekerja di sebuah perusahaan swasta dimutasikan oleh Boss-nya ke Bandung. Semua menjadi serba baru bagi Amanda. Suasana baru, sekolah baru, dan teman-teman baru.

“Vivie, jangan bengong terus, bantu Papa angkat kardus ini!” ucap Papanya dari dalam mobil box dengan berbagai macam kardus di sekelilingnya. Namun Vivie malah berjalan ke dalam rumah.

“Woy, berat nih, bantuin dong!” teriak gadis lain bernama Yola saat melihat Vivie meninggalkan mereka.

“Udah sini biar aku yang bantuin, biarin Vivie tenang dulu. Kamu kan tahu kalau dia ga setuju pindah kesini,” ucap Sandi, Kakak kedua gadis itu.

“Ga setuju sih ga setuju, tapi jangan gitu dong. Kan berat nih ngangkat kardus-kardus ini. Padahal kebanyakan barang punya dia,” gerutu Yola yang dibalas senyuman oleh Sandi.

****

“Hhaaaahh capeeekkk,” ucap Yola sambil menyandarkan tubuhnya di sofa yang empuk. Sedangkan Vivie masih terus memperhatikan rumah yang tampak kusam itu karena sudah lama tidak pernah ditinggali.

“Yola, Vivie, kalian tidur berdua ya! Kamarnya cuma ada tiga, Mama sama Papa di kamar depan, sedangkan kamar yang satu lagi untuk Sandi,” ucap Mamanya.

“Kok aku sama Yola sih Ma? Yola kan penakut, nanti dia pasti bangunin aku kalau tengah malam pengen ke toilet,” protes Vivie.

“Ya udah, kalau Kakak ga mau sama aku, tidur di luar aja sana,” ucap Yola. Mau tak mau Vivie harus menerima keputusan itu.

Dengan langkah gontai Vivie berjalan menuju kamarnya yang terletak paling belakang. Semilir angin berhembus pelan saat Vivie akan membuka pintu, dia pun menatap sekelilingnya dengan seksama.

****

Pintu kamar berderik pelan saat Vivie membukanya, dengan perlahan Vivie mulai memasuki kamar itu. “Ya Tuhan, lukisan apa itu?” gumam Vivie saat melihat sebuah lukisan dinding di dalam kamarnya. Lukisan itu cukup mengerikan karena bergambar empat manusia yang tergantung lehernya di sebuah pohon.

“Woyyy!” ucap Yola mengagetkan.

“Aaaaaaaaaaaaaaa,” teriak Vivie kaget.

“Hahahaha kaget ya?” tanya Yola senang karena berhasil membuat Vivie kesal.

“Apaan sih kamu, ngagetin orang aja,” jawab Vivie.

“Hahaha takut ya? Mukanya pucat bang....aaaaaaaaa,” Yola tiba-tiba saja berteriak dengan keras. “Itu gambar apaan Kak?” tanya Yola ketakutan saat melihat lukisan itu.

“Emang kamu ga lihat itu lukisan apa?” tanya Vivie kesal sambil mendekati lukisan itu dan diikuti oleh Yola.

“Siapa yang bikin lukisan ini?” tanya Yola.

“Kalau aku tahu pasti udah aku kasih tahu,” jawab Vivie. “Kita lapis pakai cat aja La,” saran Vivie.

“Iya Kak. Ogah banget aku kalau bangun tidur langsung ngelihat yang beginian,” ucap Yola.

“Ya udah kalau gitu aku cari kuas dulu di gudang, kali aja ada. Kamu angkut barang-barang kita ke kamar!” ucap Vivie.

“Lho, kok aku yang ngangkut barang? Kenapa ga Kakak aja?” tanya Yola.

“Emang kamu berani ke gudang? Kali aja di sana ada lukisan yang lebih seram,” jawab Vivie.

“Beli aja kenapa sih,” tawar Yola.

“Kalau ada barangnya kenapa harus beli? Udah deh, kamu mau ke gudang atau mindahin barang?” tanya Vivie.

“Oke, aku yang mindahin barang,” jawab Yola kesal.

****

Akhirnya Yola memilih untuk memindahkan barang-barang mereka ke kamar, sedangkan Vivie hanya tersenyum karena berhasil membuat adiknya kesal dan langsung melangkahkan kakinya menuju gudang.

Rupanya gudang tersebut letaknya terpisah dari rumah itu, sehingga Vivie harus melintasi halaman terlebih dahulu. Vivie memperhatikan sejenak halaman di belakang rumah itu, di samping gudang terdapat sebuah pohon yang cukup besar.

“Kayaknya kalau buat ayunan di sini bagus deh, nanti minta Kak Sandi buatin ah,” ucap Vivie sambil masuk ke dalam gudang.

Tanpa dia sadari, sejak tadi ada sepasang mata yang memperhatikannya dari jauh. Sesampainya di dalam gudang, Vivie segera mencari kuas yang dibutuhkannya, namun tak sengaja Vivie menemukan sebuah kotak kecil.

Karena penasaran Vivie pun membuka kotak itu, dan rupanya isinya adalah empat buah kaset CD. Setelah diperiksa ternyata CD itu masih baru dan merupakan CD film horor berjudul KUTUKAN MISTERIUS.

“Kayaknya seru nih, aku bawa aja deh buat aku tonton nanti malam,” ucap Vivie.

Karena tak menemukan kuas yang diperlukannya, Vivie beranjak keluar dengan membawa CD itu. Begitu pintu terbuka, sontak jantung Vivie berdetak kencang ketika seseorang berdiri dihadapannya dan mengagetkannya.

“Ya ampun Yola, kamu ngapain disini?” tanya Vivie kaget.

“Aku ga berani beresin kamar itu sendirian, makanya aku nyusul Kakak,” jawab Yola.

“Kuasnya ga ada, ayo balik ke kamar!” ajak Vivie.

“Itu apa Kak?” tanya Yola menunjuk benda yang dipegang Vivie.

“Ini CD,” jawab Vivie singkat.

“CD apaan? Jangan-jangan Kakak nemuin CD porno ya?” tanya Yola.

“Sembarangan kamu,” jawab Vivie menjitak kepala Yola.

****

Sesampainya di kamar, Vivie menyimpan CD itu di dalam laci dan segera membantu Yola untuk membereskan kamar selama kurang lebih 1 jam.

“Woy, Mama beli burger tuh, mau ga?” tanya Sandi yang masuk ke kamar.

“Mau dong,” seru Vivie dan Yola sambil berlari ke meja makan.

Sandi hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku kedua Adiknya itu. Saat Sandi akan beranjak, matanya tiba-tiba tertuju pada lukisan dinding tersebut dan membuatnya sedikit ketakutan.

Setelah menutup pintu, Sandi pun segera menyusul Vivie dan Yola. Seperginya Sandi, perlahan-lahan gambar orang-orang di dalam lukisan tersebut tiba-tiba saja bergerak.

****

“Pa, minta uang dong, aku mau beli cat sama kuas,” ucap Vivie.

“Beli cat? Untuk apa?” tanya Papanya.

“Buat ngecat lukisan dinding di kamar kami Pa,” jawab Yola.

“Lukisannya bagus kok, bisa jadi mimpi indah tuh,” ledek Sandi.

“Aku do’ain supaya Kak Sandi yang mimpiin lukisan itu, biar ga bisa tidur semalaman,” balas Vivie.

“Memangnya lukisan apa sih?” tanya Mamanya.

“Lukisan orang mati Ma,” jawab Vivie.

“Lukisan orang mati?” ucap Mamanya heran. “Kamu ga apa-apa tidur di kamar itu La?” tanya Mamanya pada Yola.

“Ga apa-apa Ma. Aku kan tidur sama Kak Vivie, jadi ga takut,” jawab Yola.

“Pa, aku berangkat dulu ya, takut kesorean,” pamit Vivie.

“Mau ditemenin ga?” tanya Sandi.

“Boleh deh. Aku ambil jaket dulu ya, di luar dingin,” ucap Vivie beranjak menuju kamar.

Ketika berada di halaman, tak sengaja mata Sandi tertuju pada seorang perempuan yang berdiri di seberang jalan dan menatapnya.

Sandi seakan terpukau dengan wajah cantiknya, namun sayang wanita itu langsung berbalik dan menjauh, dengan cepat Sandi pun mengejarnya.

“Hey, tunggu!” seru Sandi membuat wanita itu menghentikan langkahnya.

“Kamu orang sini ya?” tanya Sandi, namun wanita itu hanya diam saja.

“Aku Sandi, aku orang baru disini. Kalau boleh tahu nama kamu siapa?” tanya Sandi lagi. Perlahan-lahan wanita itu pun berbalik dan menatap Sandi.

“Sonia,” ucapnya singkat.

“Kak, cepetan dong, nanti kesorean,” teriak Vivie dari teras rumah. Sonia dengan cepat berbalik dan berlari meninggalkan Sandi.

“Tunggu Sonia! Kamu tinggal dimana?” teriak Sandi, namun Sonia terus berlari tanpa menghiraukan pertanyaan Sandi.

BERSAMBUNG. . . .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun