Vivie tampak menatap rumah di depannya dengan wajah murung. Hari ini keluarganya baru saja pindah dari rumah mereka yang dulu.
Papanya yang bekerja di sebuah perusahaan swasta dimutasikan oleh Boss-nya ke Bandung. Semua menjadi serba baru bagi Amanda. Suasana baru, sekolah baru, dan teman-teman baru.
“Vivie, jangan bengong terus, bantu Papa angkat kardus ini!” ucap Papanya dari dalam mobil box dengan berbagai macam kardus di sekelilingnya. Namun Vivie malah berjalan ke dalam rumah.
“Woy, berat nih, bantuin dong!” teriak gadis lain bernama Yola saat melihat Vivie meninggalkan mereka.
“Udah sini biar aku yang bantuin, biarin Vivie tenang dulu. Kamu kan tahu kalau dia ga setuju pindah kesini,” ucap Sandi, Kakak kedua gadis itu.
“Ga setuju sih ga setuju, tapi jangan gitu dong. Kan berat nih ngangkat kardus-kardus ini. Padahal kebanyakan barang punya dia,” gerutu Yola yang dibalas senyuman oleh Sandi.
****
“Hhaaaahh capeeekkk,” ucap Yola sambil menyandarkan tubuhnya di sofa yang empuk. Sedangkan Vivie masih terus memperhatikan rumah yang tampak kusam itu karena sudah lama tidak pernah ditinggali.
“Yola, Vivie, kalian tidur berdua ya! Kamarnya cuma ada tiga, Mama sama Papa di kamar depan, sedangkan kamar yang satu lagi untuk Sandi,” ucap Mamanya.
“Kok aku sama Yola sih Ma? Yola kan penakut, nanti dia pasti bangunin aku kalau tengah malam pengen ke toilet,” protes Vivie.
“Ya udah, kalau Kakak ga mau sama aku, tidur di luar aja sana,” ucap Yola. Mau tak mau Vivie harus menerima keputusan itu.